Omicron? Omi-Gone Kali...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 January 2022 13:33
Aktivitas Warga Jerman Saat Covid
Foto: Sebuah papan bergambar manusia menggunakan masker terlihat di Viktualienmarkt di Munich, Jerman, 19 November 2021. (REUTERS/Michaela Reel)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehadiran varian omicron membuat pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) mengganas lagi setelah sempat terkendali. Namun, kabar baiknya varian ini kemungkinan tidak semenakutkan varian delta.

Mengutip laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) periode 3-9 Januari 2022, tercatat lebih dari 15 juta kasus positif corona. Melonjak 55% dibandingkan sepekan sebelumnya.

Benua Afrika mencatat prestasi dengan penurunan kasus 11%. Kontras dibandingkan kawasan Asia Selatan-Timur yang meroket 418%, Pasifik Barat melonjak 122%, Mediterania Timur melesat 86%, Benua Amerika melejit 78%, dan Benua Eropa bertambah 31%.

Meski kasus positif melonjak, tetapi tidak berbanding lurus dengan angka kematian. Secara global, angka kematian akibat virus corona bertambah 3% dari pekan sebelumnya.

coronaSumber: WHO

Perhatian dunia kini tertuju kepada varian omicron. Varian ini jauh lebih cepat menyebar dibandingkan varian-varian sebelumnya. Kali pertama terdeteksi di Afrika Selatan, varian omicron sudah menyebar ke lebih dari 100 negara.

Kini omicron sudah menjadi varian yang dominan di dunia. Dari 357.206 sampel kasus positif yang dikirimkan ke WHO, 58,5% adalah varian omicron. Disusul oleh varian delta yakni 41,4%.

"Varian omicron memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dan sudah mampu menggeser varian lain. Varian omicron hanya butuh waktu lebih pendek untuk berlipat ganda dibandingkan varian lain. Ada bukti varian omicron mampu melewati sistem kekebalan tubuh," sebut laporan WHO.

Meski begitu, semakin banyak bukti bahwa varian omicron tidak menyebabkan gejala separah varian lain, misalnya delta. Jumlah pasien yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit hanya 4,9%. Ketika varian delta menebar teror, 66,8% pasien positif harus dirawat di rumah sakit.

"Sebagai tambahan, pasien yang mengidap varian omicron 73% lebih rendah kemungkinannya untuk mengalami gejala berat dibandingkan varian delta," lanjut laporan WHO.

coronaSumber: WHO

Namun, WHO tetap memberikan wanti-wanti. Berbagai bukti itu masih temuan awal sehingga bisa saja belum lengkap dan tidak mewakili kejadian di lapangan.

"Ini adalah hasil awal, yang mungkin belum mewakili karakteristik varian omicron. Masih bisa berubah jika ditemukan bukti baru. Oleh karena itu, risiko varian omicron masih sangat tinggi," tegas WHO.

Halaman Selanjutnya --> Pasar Tetap Bergairah

Bukti-bukti bahwa varian omicron tidak separah delta sudah membuat dunia bisa bernapas lega. Termasuk para investor di pasar keuangan.

Investor tetap rajin berburu aset-aset keuangan meski kasus positif corona terus meningkat karena penyebaran varian omicron. Hasilnya, harga berbagai aset melonjak.

Di pasar saham, sejauh ini indeks saham dunia masih tumbuh positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan 0,85% year-to-date. Investor asing membukukan beli bersih Rp 4,03 triliun.

Pasar komoditas pun bergairah karena prospek pertumbuhan ekonomi masih terjaga seiring varian omicron yang kemungkinan tidak menimbulkan dampak separah delta. Misalnya, pagi tadi harga minyak dunia naik lumayan tajam.

Pada Kamis (13/1/2022) pukul 07:23 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 84,67/barel. Melesat 1,13% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 82,64/barel. Melonjak 1,75%.

Secara year-to-date, harga brent melonjak 8.86%. Sedangkan light sweet melesat 9,88%.

"Dengan asumsi China tidak mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan, virus corona varian omicron berubah menjadi omi-gone, dan terbatasnya kenaikan produksi OPEC+, maka tidak ada alasan untuk tidak melihat harga minyak brent bergerak ke atas US$ 100/barel pada kuartal I-2022. Mungkin bisa lebih cepat," papar Jeffrey Halley, Senior Market Analyst di OANDA, seperti diberitakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular