Bunda Siap-siap! Harga Tahu Tempe Bakal Naik
Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan harga kedelai menyebabkan biaya produksi pengusaha tahu tempe naik hingga 50%. Sementara, penjualan diakui turun akibat dampak PPKM.
Selain adanya potensi tempe tahu semakin langka hingga menipisnya ukuran gorengan tahu tempe, kini ancaman kenaikan harga tahu tempe menghadang akibat lonjakan harga kedelai.
"Kami sudah minta kepada Mendag dan akan bantu, agar dibuatkan rilis supaya masyarakat mengerti jika nantinya kami menaikkan harga. Dari saat ini Rp14.000 - 18.000 per kg, jadi Rp20.000 per kg. Itu masih wajar dibanding kenaikan harga daging, telur, dan cabai saat ini," ujar Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin saat dialog Squawk Box CNBC Indonesia, Kamis (13/1).
Aip mengatakan, harga kedelai masih terus naik. Dipicu gangguan cuaca dan pandemi yang menyebabkan pasokan global terganggu. Akibatnya, Indonesia yang masih bergantung kedelai impor terkena dampaknya.
"Tadinya harga kedelai masih berkisar Rp8.000 per kg. Tapi, sekarang di importir saja harga sudah Rp10.000. Artinya di pasaran sudah Rp11.000 - 12.000 per kg. Ini yang membuat kami, pengusaha tempe tahu menjerit. Sementara, kalau menaikkan harga nggak bisa. Solusinya, menurunkan produksi atau mengecilkan ukuran. Dan, kami sedang meminta kepada Mendag agar dibantu soal harga nanti," kata Aip.
Aip mengatakan, lonjakan harga kedelai yang berdampak ke pasar di Indonesia tidak bisa dikendalikan.
"Karena perdagangan kedelai di Indonesia itu menganut perdagangan bebas. Jadi, apa yang terjadi di negara produsen dan harga global, berdampak. Karena itu, ketentuan soal importir oleh Kemendag juga bisa jadi solusi terkait kedelai ini," kata Aip.
Dia berharap, lonjakan harga kedelai saat ini tidak disertai dengan kelangkaan stok.
"Kami berterimakasih karena masih bisa beli. Karena kami membutuhkan jaminan stok itu ada terus. Sebab, kami membeli kedelai 20-200 kg setiap harinya, jadi stok harus selalu ada," kata dia.
Karena itu, dia meminta pemerintah mengantisipasi efek dinamika pasar global.
"Permintaan kedelai China akan naik hingga Imlek di Februari nanti. Dan, China itu beli semua grade, dari I sampai IV karena digunakan untuk base oil juga. Kalau Indonesia hanya impor grade I karena untuk pangan saja," kata Aip.
(dce/dce)