Konsumsi Minyak Bisa Melejit ke 100 Juta Barel, Asal..

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
12 January 2022 15:15
kilang minyak
Foto: Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan minyak mentah (crude) dunia diperkirakan bakal kembali meningkat pada level seperti sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Permintaan minyak dunia pada 2022 ini diperkirakan bisa kembali menyentuh 100 juta barel per hari (bph) dari 90 juta bph pada saat pandemi.

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengatakan, permintaan minyak tersebut akan berdampak pada fluktuasi harga minyak ke depannya. Berdasarkan indikator yang ada, termasuk dengan asumsi peningkatan konsumsi, harga minyak pada 2022 ini diperkirakan di kisaran US$ 65-80 per barel.

"Oil price gak tau persis berapa di 2022. Tapi berdasarkan indikator yang ada, oil price sekitar US$ 65-80 barel karena demand/ kebutuhan kembali seperti sebelum pandemi. Tahun 2022 bisa kembali ke 100 juta barel per hari dari 90 juta bph pada saat pandemi," tutur Komisaris Utama PT PGN Tbk (PGAS) ini dalam "PGN Energy Economic Outlook 2022" secara virtual, Rabu (12/01/2022).

Dia mengatakan, perkiraan harga minyak pada tahun ini juga akan sangat bergantung pada bagaimana dunia bisa mengontrol pandemi Covid-19. Bila penularan Covid-19 bisa dikendalikan, maka harga minyak bisa di sekitar US$ 65-80 per barel. Namun bila tidak terkontrol, maka harga minyak diperkirakan bisa merosot ke bawah US$ 65 per barel.

"Kuncinya adalah bagaimana dunia bisa mengontrol pandemi ini," ucapnya.

Upaya menjaga harga minyak ini menurutnya juga bergantung pada negara-negara kertel pengekspor minyak alias OPEC plus. Bila anggota OPEC plus ini bisa menahan laju produksi pada level yang sama, maka harga minyak diperkirakan tidak berubah banyak dari kisaran US$ 65-80 per barel tersebut.

"OPEC plus juga bisa nggak kontrol suplainya," ujarnya.

Menurutnya, bila pandemi Covid-19 masih tidak terkendali, ini akan berdampak pada permintaan minyak yang belum meningkat atau bahkan bisa menurun. Sementara bila produksi tetap dijaga atau bahkan naik, maka tentunya ini akan berdampak pada surplusnya pasokan minyak mentah dunia dan juga akan berdampak pada penurunan harga minyak.

"Market (minyak) di 2022 akan surplus apabila pandemi ini tidak terkendali, produksi akan naik, demand akan turun. Kalau terkendali (Covid-19), potensial surplus influence factors-nya bisa seperti yang diharapkan," imbuhnya.

Sebagai informasi, pada Rabu (12/1/2022) pukul 06:41 WIB, harga minyak jenis Brent berada di US$ 83,72 per barel, melonjak 3,52% dari posisi hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 81,22 per barel, bertambah 3,82%.

Adalah Jerome 'Jay' Powell, Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed, yang punya pengaruh untuk mendongkrak harga si emas hitam. Dalam rapat di Kongres, Powell menegaskan ekonomi Negeri Paman Sam sudah cukup kuat untuk menghadapi gelombang serangan virus corona varian omicron dan pengetatan kebijakan moneter.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: OPEC+ Pangkas Produksi Minyak 1,16 Juta Barel Per Hari

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular