Internasional

Alert! Bank Dunia Beri Warning Ekonomi Global soal Omicron

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 12/01/2022 09:07 WIB
Foto: World Bank (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia membawa kabar yang tidak begitu baik. Pertumbuhan global diprediksi akan melambat secara nyata tahun ini.

Hal tersebut akibat penyebaran varian Omicron. Varian baru Covid-19 ini memperburuk situasi, membuat tenaga kerja berkurang dan menganggu rantai pasokan.


"Berbagai risiko penurunan mengaburkan prospek, termasuk gangguan ekonomi simultan yang didorong oleh Omicron, kemacetan pasokan lebih lanjut (dan) penurunan ekspektasi inflasi," kata lembaga itu dalam laporannya Prospek Ekonomi Global terbaru dikutip Rabu (12/1/2022).

Bank Dunia juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 4,1% setelah rebound 5,5% tahun lalu. Perkiraan untuk pertumbuhan tahun lalu dan tahun ini keduanya 0,2% lebih rendah dari perkiraan yang dirilis pada Juni.

Ini juga selanjutnya dapat mengurangi pertumbuhan global tahun ini hingga serendah 3,4%, turun 0,7 poin persentase. Penekanan juga diberikan ke negara miskin.

"Kami melihat pembalikan yang mengganggu dalam kemiskinan, gizi dan kesehatan. Pembalikan dan pendidikan atau cakupan dari penutupan sekolah akan berdampak permanen," kata Presiden Bank Dunia David Malpass kepada wartawan dikutip AFP.

"Saya sangat khawatir tentang bekas luka permanen pada perkembangan."

Secara rinci, kekuatan ekonomi terbesar dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, juga tidak luput dari dampak ekonomi Omicron. Dalam laporannya, ekonomi keduanya juga diyakini bakal susut dibanding 2021.

Pertumbuhan AS tahun ini menjadi 3,7% atau 0,5 poin lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Di 2021, ekonomi AS ekspansi 5,6%.

Bank Dunia mencatat bahwa rencana belanja infrastruktur AS senilai US$ 1,2 triliun yang ditandatangani pada November 2021 di AS akan memberikan "dorongan kecil" bagi ekonomi negara dalam waktu dekat. Tapi, lebih banyak efek yang dirasakan di tahun-tahun berikutnya.

Namun, ekonomi Amerika menghadapi inflasi yang kuat. Pengetatan kebijakan moneter yang lebih cepat dapat menyebabkan pertumbuhan yang lebih lemah dari perkiraan.

Saat ini AS dihadapkan dengan inflasi pada level tertinggi 40 tahun. Sementara bank sentral, Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan segera mulai menaikkan suku bunga.

Langkah-langkah yang lebih agresif diyakini akan menaikkan biaya pinjaman untuk negara-negara berkembang, yang sudah dibebani dengan rekor utang. Hal itu, pada gilirannya, dapat mengikis kepercayaan bisnis dan rumah tangga, menurunkan konsumsi dan arus perdagangan, mesin utama pertumbuhan global.

Untuk China, pertumbuhan sekarang diperkirakan akan melambat menjadi 5,1% pada 2022 atau turun 0,3 poin dari 8% tahun lalu. Tetapi masalah negara itu melampaui pandemi.

"Kemungkinan penurunan yang nyata dan berkepanjangan di sektor properti yang sangat berpengaruh, dan efek potensialnya pada harga rumah, belanja konsumen dan pembiayaan pemerintah daerah, adalah risiko penurunan yang penting untuk prospek," kata laporan itu.


(tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bank Dunia: Kelas Menengah RI Dirundung Pelemahan Daya Beli