Bye Bye Batu Bara! Pabrik-Pabrik Tekstil Beralih ke PLN

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
Selasa, 11/01/2022 17:45 WIB
Foto: Seorang wanita bekerja di bengkel produsen tekstil di Binzhou, provinsi Shandong, China 11 Februari 2019. (China Daily via REUTERS)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha semakin jengkel dengan tingginya harga batu bara yang berkepanjangan. Saat ini, sudah banyak pengusaha yang beralih dari sumber energi lain. Mereka mengaku tidak kuat untuk membayar lebih karena memberatkan biaya produksi.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI), Redma Gita Wirawasta menyebut kini banyak pabrikan tekstil yang beralih ke sumber energi listrik PLN karena lebih murah. Meskipun PLN sendiri kesulitan pasokan batu bara.

"Kita udah stop pembangkit, sudah pake PLN, sudah switch jadi banyak pembangkit kita yang mati, jadi pemerintah jaga pasokan PLN saja. Tinggal pemerintah memastikan stok PLN, kalau pasokan terganggu, kita pasti keganggu," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (11/2/22).


Kegiatan produksi di industri tekstil tetap berjalan dengan pasokan energi PLN. Padahal beberapa bulan lalu puluhan pabrik masih memilih untuk menggunakan energi dari batu bara demi menopang kegiatan industrinya. Kini memang ada yang masih menggunakan batu bara, namun jumlahnya sangat sedikit.

"Di hulu yg pakai (batu bara) 1, tapi itu juga kebutuhannya kecil, mungkin kalau gini terus dia matiin juga," sebut Redma.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 170/ton. Angka ini lebih tinggi dibandingkan waktu normal beberapa bulan lalu yakni di kisaran US$80/ton.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Batubara Sebagai Tulang Punggung Ketahanan Energi Nasional