
Pengrajin Tahu Tempe Tiba-Tiba Kirim Surat ke Ahok, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingginya kenaikan harga kedelai membuat kalangan pengrajin tahu dan tempe gerah. Selain karena harga kedelai yang terus bergerak naik, masalah mahalnya harga elpiji di tingkat eceran juga jadi persoalan.
Mereka melakukan berbagai cara untuk menekan biaya produksi agar tidak tinggi. Namun, upayanya masih menemui banyak tantangan.
Pilihan Redaksi |
Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin menyebut salah satu aspek biaya produksi yang bisa dikurangi adalah bahan bakar.
Pada pertemuan antara pengrajin tahu-tempe dengan Presiden Joko Widodo pada awal tahun lalu, Aip sudah menyampaikan agar bisa pengrajin tahu tempe juga bisa menjadi agen elpiji dengan tujuan menekan biaya.
Ia mengklaim Jokowi juga sudah setuju dengan usulan tersebut. Namun, hingga kini belum terlaksana karena tidak ada tindak lanjut dari instansi terkait. Ia pun sudah menyurati beberapa pihak berwenang, namun tidak ada respons, termasuk dari Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Kami minta Presiden supaya elpiji gas 3 Kg kami bisa ditunjuk sebagai agen, karena harga dari Pertamina di Rp 14 ribu-15 ribu, padahal kami beli Rp 20 ribu ke atas, buat kami 5 ribu itu penting. Sampai sekarang sudah bikin surat resmi ke Pertamina komisaris utama, Ahok, Direksi. Presiden setuju tapi bawahnya nggak tahu, nggak kelihatan," kata Aip kepada CNBC Indonesia, Kamis (10/1/22).
Permintaan itu tidak lepas dari cara pengrajin dalam memproduksi tahu dan tempe tersebut. Selama ini, mereka lebih sering menggunakan alat bakar sederhana, namun cara itu memiliki banyak dampak negatif.
"Bahan bakar tahu tempe selama ini kaya pohon-pohon atau ranting, terpaksa pakai plastik dibakar, itu merusak alam dan ngga sehat. Jadi Ini bukan untuk diperjualbelikan, tapi memang untuk dipakai oleh pengrajin sendiri, agar biayanya bisa ditekan," sebut Aip.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]