Perfect Storm! Giliran Harga Kedelai Ngamuk Parah

Damiana Cut Emeria, CNBC Indonesia
10 January 2022 09:23
Suarso (68) menyelesaikan pembuatan tempe di kawasan Jakarta, Rabu (15/12/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan, ketersediaan kedelai untuk bahan baku tempe dan tahu dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan Natal 2021 dan tahun baru 2022. Bahkan, Kemendag memperkirakan pasokan kedelai akan terjaga sampai kuartal I 2022.“Pasokan kedelai dari negara eksportir cukup baik. Saat ini negara produsen tengah memasuki masa panen, sehingga kami optimis pasokan kedelai akan cukup hingga kuartal pertama 2022,” kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Oke Nurwan dikutip dari website resmi Kementerian Perdagangan.
Namun, ia tak merinci berapa jumlah pasokan kedelai yang tersedia saat ini. Ia hanya menyatakan dengan kecukupan pasokan itu, pihaknya memperkirakan harga kedelai stabil.
Sementara itu berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada akhir November 2021 di sekitar USD12,17 per bushels atau setara USD446 per ton, turun dibanding awal Juni 2021 yang tercatat sebesar US$15,42 per bushel setara US$566 per ton.
Foto: Ilustrasi Kedelai (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gangguan cuaca di sejumlah negara produsen menyebabkan harga kedelai di pasar internasional terus menguat. Dan membuat pengusaha tahu menjerit dan mendesak pemerintah segera bertindak untuk menekan kerugian.

Situs Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga kedelai lokal di pasar Pasar Minggu, Jakarta pada 9 Januari 2022 adalah Rp13.000 per kg, sama dengan harga sehari sebelumnya. Sementara, kedelai impor dihargai lebih mahal, yakni Rp14.000 per kg, juga tidak berubah dari sehari sebelumnya.

Sedangkan harga nasional untuk kedelai adalah Rp11.861 per kg pada 7 Januari 2022.

Seperti dilansir Reuters (8/1/2022), harga kontrak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) sedikit melandai ke US$14,10 per bushel (1 bushel = 27,21 kg). Jika dengan US$1 adalah Rp14.318, 75, maka sekitar Rp7.419 per kg. Ini belum harga setelah impor masuk Indonesia.

Sebelumnya, harga kedelai sempat ke level tertinggi sejak Juni 2021 di US$14,15 per bushel.

Padahal, per 29 Juni 2021 harga kedelai sempat terkoreksi ke US$13,6 per bushels. Menyusut sekitar 11% jika dibandingkan dengan harga Mei 2021 yang mencapai US$15,31 per bushel.

Bagi perajin tahu di Mojokerto, Jawa Timur, Rp7.000 - 8.000 per kg adalah rentang ideal untuk kedelai yang mereka gunakan. Melampaui itu, memberatkan, bahkan bisa menimbulkan kerugian.

Sementara, harga kedelai di Tanah Air masih terpengaruh kondisi internasional. Sebabnya, menurut Kemendag, hingga 80% kebutuhan kedelai Indonesia masih impor.

Tak heran, begitu cuaca mengganggu produksi di negara produsen seperti Argentina, Indonesia kebagian getahnya.

Belum lagi, harga komoditas nabati lain yang juga bisa digunakan sebagai energi seperti kedelai, melonjak. Akibat efek domino pandemi Covid-19, dimana produksi terganggu sementara permintaan normal bahkan bertambah.

Contohnya, harga minyak sawit yang melonjak dan bikin harga minyak goreng melejit, sampai bikin Presiden Joko Widodo mengeluarkan ultimatum kepada para menterinya.

Ibarat sudah jatuh tertimpaa tangga pula. Begitu nasib pengusaha kecil yang bergantung pada kedelai dan minyak goreng saat ini. Mulai dari perajin tahu sampai pedagang gorengan.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Tempe Apa ATM? Gegara Kedelai 'Ngamuk' Tempe Makin Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular