
Ngeri! Negeri Kaya Minyak Kazakhstan Membara, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi di Kazakhstan memanas. Negeri Asia Tengah yang kaya akan minyak itu kini dilanda kerusuhan besar-besaran sejak Selasa (4/1/2022) hingga Kamis.
Setidaknya 200 orang ditangkap dan delapan orang tewas karena kerusuhan. Mereka yang tewas merupakan polisi dan aparat yang bertugas mengamankan situasi di negara tersebut.
Atas kejadian ini, situasi darurat juga diberlakukan Presiden Kassym-Jomart Tokayev. Ia mengatakan negaranya diserang "teroris".
Bahkan Tokayev juga meminta bantuan militer aliansi Rusia, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), yang berisi lima negara bekas Uni Soviet. Moskow diketahui Sudan mengirimkan tim turun mengamankan situasi di sana.
"Ini adalah perusakan integritas negara dan yang paling penting ini adalah serangan terhadap warga kami yang meminta saya... untuk segera membantu mereka," kata Tokayev dikutip AFP.
"Almaty diserang, dihancurkan, dirusak. Penduduk Almaty menjadi korban serangan teroris, bandit, oleh karena itu adalah tugas kita ... untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melindungi negara kita."
Lalu bagaimana kronologi kerusuhan besar ini terjadi?
Kerusuhan dimulai dengan kenaikan harga gas minyak cair (LPG), yang digunakan untuk bahan bakar kendaraan di negara 19 juta penduduk itu. Ini membuat massa turun berunjuk rasa.
Massa kecewa meneriakkan ketidakadilan. Pasalnya negara itu memiliki cadangan energi besar baik minyak maupun gas.
Kazakhstan memiliki 20 miliar cadangan minyak dengan tingkat produksi sekitar 1,64 juta barel/hari. Negara ini menempati urutan ke-19 produsen minyak bumi dunia, sekaligus penghasil terbesar di kawasan Asia Tengah.
Sementara itu, massa pun meneriakkan kemarahan ke presiden terdahulu, Nursultan Nazarbayev, yang meski tak lagi berkuasa tapi dianggap masih mengatur ekonomi. Ia menguasai negara itu tiga dekade dan mundur di 2019 karena tuntutan warga akibat mengekang liberalisme di negara itu.
Dengan adanya tuduhan ini, Tokayev mengambil langkah untuk mencopot Nazarbayev dan keluarganya dari jajaran pemerintah. Meski begitu, pencopotan ini belum berhasil dalam menenangkan situasi.
Nazarbayev sendiri diketahui kini sergi ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Ia lari setelah kediamannya di Almaty diserbo pendemo.
Sejumlah warga menyebut tak bisa bersabar lagi dengan pemerintah. Mereka menyebut sudah lelah.
"Orang Kazakh terbiasa dengan kesabaran, tapi kami sudah lelah," kata pengunjuk rasa Rafik Jarylkasyn."Kami sudah cukup."
Sementara itu, sejumlah penduduk mengatakan ada penjarahan besar-besaran di alun-alun kota. "Ada anarki total di jalan," katanya sumber.
Sebuah streaming oleh seorang blogger Kazakh telah menunjukkan api yang berkobar di kantor walikota Almaty, dengan suara tembakan yang jelas terdengar. Video yang diposting online juga menunjukkan kantor kejaksaan terbakar.
Seorang oposisi pemerintah, Mukhtar Ablyazov, mantan menteri energi dan kepala bank Kazakhstan yang kini menetap di Prancis mengatakan rezim sudah jatuh. Ia menyebut negeri itu sedang menghadapi revolusi.
"Saya pikir rezim telah berakhir. Sekarang hanya pertanyaan berapa lama," kata Ablyazov, yang memimpin partai Pilihan Demokratik Kazakhstan (QDT) dan dengan lantang mendorong protes melalui saluran media sosialnya, di Paris.
"Secara harfiah dalam tiga hari sebuah revolusi terjadi, dan itu benar-benar sebuah revolusi dalam kesadaran publik ... dan orang-orang mengerti bahwa mereka tidak lemah."
(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kazakhstan Chaos! Bank Dilaporkan Tutup, Mesin ATM Dijarah