RI Sudah Jalankan B30, Malaysia Baru Mau B20 di Akhir 2022!

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
05 January 2022 20:24
CPO
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Negeri Jiran Malaysia berencana untuk menerapkan program mandatori biodiesel 20% atau B20 pada akhir 2022.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dewan Kelapa Sawit Malaysia pada hari ini, Rabu (05/01/2022), seperti dikutip dari Reuters.

Program mandatori pencampuran kandungan Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis minyak sawit atau Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebesar 20% pada minyak solar (gas oil) atau B20 di Malaysia ini mulanya direncanakan diterapkan untuk sektor transportasi pada Januari 2020, namun harus ditunda karena adanya pembatasan aktivitas masyarakat saat pandemi Covid-19 melanda.

"Kita akan menjalankannya setahap demi setahap tergantung kemampuan keuangan pemerintah," ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Energi Malaysia Ravi Muthayah dalam sebuah seminar, seperti dikutip dari Reuters.

Berbeda dari Malaysia, Indonesia sudah lebih maju untuk penerapan biodiesel. Indonesia kini telah menjalankan program mandatori biodiesel 30% atau B30 dan bahkan sedang menuju tahap B40.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan alokasi biodiesel untuk dalam negeri pada 2022 sebesar 10.151.018 kilo liter (kl), naik dari alokasi biodiesel 2021 yang telah direvisi menjadi 9.413.033 kl.

Penetapan alokasi biodiesel 2022 ini telah disahkan melalui Keputusan Menteri ESDM No. 150.K/EK.05/DJE/2021, tanggal 30 November 2021 tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Minyak dan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel serta Alokasi Besaran Volume untuk Pencampuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar Periode Januari - Desember 2022.

Adapun untuk penyaluran program biodiesel pada 2022 ini akan didukung oleh 22 Badan Usaha (BU) BBM dengan kapasitas terpasang sebesar 15.493.187 kl dan kemampuan produksi tahunan sebesar 13.527.527 kl.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, peningkatan alokasi biodiesel pada 2022 ini dengan pertimbangan asumsi pertumbuhan permintaan Solar sebesar 5,5%, estimasi permintaan Solar sebesar 33,84 juta kl, sehingga kebutuhan alokasi biodiesel pada 2022 diestimasikan sebesar 10,1 juta kl.

"Pemerintah berharap penyaluran biodiesel tahun 2022 dapat dilakukan dengan lebih efisien dan meminimalkan terjadinya keterlambatan atau gagal supply (B0)," ujarnya, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian, dikutip Rabu (01/12/2021).

Sementara terkait kesiapan RI menjalankan program B40, Dadan mengatakan saat ini kajian teknis di laboratorium sudah dilakukan.

Dia menyampaikan, untuk menjalankan mandatori ini, perlu dukungan semua pihak, mulai dari kalangan pabrikan seperti kendaraan dari Agen Pemegang Merk (APM).

"Untuk B40 ya sudah selesaikan kajian teknis di lab, supaya program ini jalan baik harus dapatkan dukungan," ungkapnya.

Pemerintah saat ini juga sedang menyiapkan rencana untuk sosialisasi dari B40 ini ke masyarakat. Langkah selanjutnya kata Dadan adalah mengetes kondisi di lapangan, di mana ini menjadi bagian dari langkah setiap kali meningkatkan campuran biodiesel.

"Kami sedang siapkan untuk proses sosialisasi B40, sedang disusun perencanaan dan kenalkan pada masyarakat dan tes kondisi di lapangan yang sebenarnya setiap peningkatan campuran biodiesel step gitu," lanjutnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, tes di lapangan dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan khususnya produsen teknologi. Ketika sudah terjadi kesepakatan, maka bisa diimplementasikan.

"Dengan step seperti itu, enam bulan pertama di 2022 tetap di B30. Rencana sekarang 2022 masih akan pastikan juga dari sisi pendanaan," ujarnya.

Dadan menjelaskan, selama ini pendanaan berasal dari pungutan ekspor sawit. Jumlah pungutan dia sebut cukup untuk B30, namun dengan pola saat ini belum cukup untuk B40.

"Kalau pastikan B40 jalan, nilai pungutan diperbesar atau harapkan selisihnya sedikit, sekarang Rp 5.100 solar dan biodiesel, berapa insentif, Rp 5.100 ditambah ongkos angkut," paparnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga CPO Bakal Lanjut Terbang, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular