
Saat APBN Masuki Tahun Terakhir 'Ngutang Tanpa Batas'

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 diperkirakan masih akan mengalami defisit hingga Rp 868 triliun atau 4,85% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Belanja APBN 2022 sebesar Rp 2.714,2 triliun. Belanja pemerintah pusat Rp 2.646,2 triliun, 15,3% diantaranya atau sebanyak Rp 405,9 triliun akan digunakan untuk pembayaran bunga utang pada 2022.
Pendapatan negara dalam APBN 2022 direncanakan sebesar Rp 1.846,1 triliun yang bersumber dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 1.510 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 335,6 triliun
Dalam mencukupi pembiayaan maka pemerintah akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp 991,3 triliun pada tahun depan untuk menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Secara bruto SBN yang diterbitkan Rp 1.300,1 triliun.
Pada rinciannya SBN bruto meliputi penerbitan domestik reguler akan memakan porsi terbesar, yaitu sebanyak 78-83%. Selanjutnya SBN valuta asing (valas) 11-14% dan SBN ritel 6-8%.
BI juga masih akan memberikan kontribusi sebesar Rp 224 triliun pada 2022. Sehingga bisa mengurangi porsi penarikan utang yang akan dilakukan pemerintah.
"Kami masih akan bekerja sama dengan BI melalui SKB III," ujar Sri Mulyani.
Diharapkan penerimaan masih bisa meningkat seiring masih tingginya harga komoditas internasional dan pemulihan ekonomi. Meskipun ada ancaman varian covid-19 omicron yang kini mulai menyebar..
"Kita harap bisa memulihkan ekonomi secara penuh dan exit policy dari fiskal dan moneter yang extra ordinary secara smooth. Pemulihan ekonomi baik dan covid terjaga," pungkasnya.
(mij/mij)[Gambas:Video CNBC]