Internasional

China Terus Bernafsu Perkuat Senjata Nuklirnya, Ada Apa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 January 2022 20:57
Korea Utara melakukan uji coba nuklir, negeri itu meluncurkan rudal hipersonik. (AP/Lee Jin-man)
Foto: Korea Utara melakukan uji coba nuklir, negeri itu meluncurkan rudal hipersonik. (AP/Lee Jin-man)

Jakarta, CNBC Indonesia - China akan terus 'memodernisasi' persenjataan nuklirnya. Namun, di sisi lain meminta Amerika Serikat (AS) serta Rusia untuk mengurangi kekuatan senjata nuklirnya.

"AS dan Rusia masih memiliki 90% nuklir di Bumi. Mereka harus mengurangi persenjataan nuklir mereka dengan cara yang tidak dapat diubah dan mengikat secara hukum," kata Fu Cong, direktur jenderal departemen pengendalian senjata di kementerian luar negeri China, Selasa (4/1/2022), dikutip dari AFP.

Fu juga mengatakan tuduhan AS mengenai isu modernisasi militer China. China dilaporkan punya rudal hipersonik yang dapat terbang dengan lima kali kecepatan suara.

AS juga mengatakan China memperluas persenjataan nuklirnya dengan sebanyak 700 hulu ledak pada tahun 2027 dan mungkin 1.000 pada tahun 2030.

"Mengenai pernyataan yang dibuat oleh AS bahwa China sangat meningkatkan kemampuan nuklirnya, ini tidak benar. China selalu mengadopsi kebijakan tidak ada penggunaan pertama dan kami mempertahankan kemampuan nuklir kami pada tingkat minimal yang diperlukan untuk keamanan nasional kami," kata Fu.

"China akan terus memodernisasi persenjataan nuklirnya untuk masalah keandalan dan keamanan," tambahnya.

Pernyataan muncul sehari setelah adanya kesepakatan tentang nuklir lima negara. AS, China, Inggris, Prancis dan Rusia menyetujui penyebaran senjata nuklir harus dikendalikan, dan perang dengan nuklir harus dihindari. Kesepakatan dibuat agar tidak menimbulkan konflik antar negara dengan nuklir.

Lima negara, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB, menganggap tanggung jawab utama mereka adalah menghindari perang antar negara nuklir dan mengurangi risiko strategis. Ini sejalan dengan tujuan mereka untuk menciptakan keamanan.

Pernyataan dari lima negara ini muncul ketika hubungan bilateral antara AS dan Rusia jatuh ke titik terendah sejak berakhirnya Perang Dingin. Di sisi lain, hubungan antara AS dan China juga berada pada titik terendah karena berbagai ketidaksepakatan.

Hubungan antara Beijing dan Washington menegang setelah terjadinya serangkaian masalah, termasuk niat China untuk menyatukan kembali Taiwan yang diperintah secara independen atau dengan kekerasan jika diperlukan.


(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI 'Dikepung' Senjata Nuklir, Ini Kata Pemerintah Jokowi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular