FOTO

Tahun Sudah 2022, Masih Ada 'Jalan Neraka' di Dekat Ibu Kota

CNBC Indonesia/ Suhendra, CNBC Indonesia
Selasa, 04/01/2022 07:50 WIB

Akses Tanggeung-Padasuka-Cirendeu di Cibinong, Cianjur, Jabar kondisi jalannya parah tak tersentuh pembangunan. Warga menagih janji pembangunan JTS.

1/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Warga Desa Padasuka-Mekarmukti, Kecamatan Cibinong, Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat Kota Bandung, ibu kota provinsi Jawa Barat dan hanya 200 km dari ibu kota negara, Jakarta. (CNBC Indonesia/ Suhendra)

2/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cibinong, Cianjur, Jabar sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya. Selain bikin menyiksa, kondisi jalan sangat licin untuk dilalui, sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum. (CNBC Indonesia/ Suhendra)

3/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku setengah mati dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Ia dan para sopir lainnya menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan yang sangat licin. Sering kali ban berputar beradu dengan batuan dan tanah yang licin, membuat efek bau menyengat dari ban yang panas. Di jalur Citamiang-Cirendeu, mobil Alex beberapa kali harus terjebak lumpur.  Ia dan warga lainnya memimpikan jalan tersentuh pembangunan. (CNBC Indonesia/ Suhendra)

4/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Negara harus hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini. Warga sekitar sudah lama mendambakan pembangunan jalan agar mempermudah akses dan mendorong roda ekonomi. Ciwidey-Padasuka yang hanya berjarak 17 km harus ditempuh 3,5 jam sampai 4 jam karena kondisi jalan 'butut. Waktu tempuh ini setara dengan penerbangan Jakarta-Hong Kong yang jaraknya hampir 3.200 km.  (CNBC Indonesia/ Suhendra)

5/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang. (CNBC Indonesia/ Suhendra)

6/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Pemprov Jabar berjanji memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis, termasuk melintasi jalur Tanggeung-Padasuka-Cipelah di Cianjur-Bandung. (CNBC Indonesia/ Suhendra)

7/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Rencananya, pembangunan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km. (CNBC Indonesia/ Suhendra)

8/8 Warga Cianjur, Jawa Barat selama berpuluh-puluh tahun harus melewati jalan berbatu dan berlumpur, tak layak disebut sebagai jalan. Kawasan ini padahal hanya 70 km dari pusat kota Bandung ibu kota provinsi dan 200 km dari ibu kota Jakarta.

Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah, Cianjur sepanjang 33 km saat musim hujan makin sulit dilewati kendaraan roda empat maupun sepeda motor. Jalur ini bak 'neraka' bagi yang melintasinya, sangat licin untuk dilalui sehingga membahayakan pengendara dan penumpang angkutan umum.
Alex salah satu sopir mobil angkutan umum Elf Ciwidey-Padasuka harus berjibaku dua kali sehari melintasi 'jalur neraka' ini. Para sopir dan kernek menggunakan sekam padi untuk menjadi alas ban mobil agar bisa melewati jalan ini.
Negara sudah saatnya hadir di wilayah ini sebab sudah 76 tahun Indonesia merdeka masih ada jalan yang tak layak semacam ini.  Jalur Tanggeung - Padasuka/Cipelah memang sudah masuk dalam program Pemprov Jabar melalui Jalur Tengah Selatan (JTS) tapi masih menunggu realisasi yang tak kunjung datang.

Pemprov Jabar memang  sedang memprioritaskan pembangunan JTS sepanjang 357 km yang melewati kawasan pegunungan dan hutan di Jabar. Proyek ini merupakan perbaikan jalan dan pembangunan jalan baru provinsi yang menghubungkan Sukabumi bagian tengah hingga Ciamis.

Rencananya, pembangunan akan terbagi menjadi beberapa sesi. Sesi pertama akan dibangun Jalan Horisontal Tengah Jawa Barat Selatan yakni dari wilayah Lengkong - Sagaranten (23,20 km), kemudian Sagaranten - Tanggeung (37,55 km), disambung Tanggeung - Padasuka/Cipelah (33,79 km), hingga Padasuka/Cipelah - Rancabali (16,84 km), total fase ini 111,38 km.
Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km.(CNBC Indonesia/ Suhendra)

Selanjutnya kawasan Ciwidey - Pangalengan (22,12 km), lalu Pangalengan - Cikajang (53,48 km), disambung Cikajang - Bantarkalong (68,54 km), kemudian Bantarkalong - Kertahayu (101,48 km), hingga total sepanjang 245,62 km. "...Keinginan Pak Gubernur (Ridwan Kamil) membangun akses di Jabar bagian selatan. Karena Jabar selatan skala prioritas peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," janji Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, September 2020 lalu. (CNBC Indonesia/ Suhendra)