Duh! Kota Xi'an China Lockdown, Penduduk Kelaparan

Sandy Ferry, CNBC Indonesia
02 January 2022 17:00
Residents line up for coronavirus testing in the Liwan District in Guangzhou in southern China's Guangdong province on Wednesday May 26, 2021. The southern Chinese city of Guangzhou shut down a neighborhood and ordered its residents to stay home Saturday, May 29, for door-to-door coronavirus testing following an upsurge in infections that has rattled authorities. (AP Photo)
Foto: AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China tengah melakukan lockdown untuk kota Xi'an. Lebih dari 13 juta diperintahkan untuk tinggal di rumah sejak pekan lalu ketika pihak berwenang berusaha memerangi wabah Covid-19.

Dilansir dari Reuters masalah muncul dan tersebar di media sosial, yakni Beberapa penduduk yang dikurung di kota Xi'an di China mengatakan mereka tidak memiliki cukup makanan, bahkan ketika para pejabat bersikeras ada persediaan yang memadai.

Dalam beberapa hari terakhir, orang-orang menggunakan platform media sosial Weibo untuk meminta bantuan mendapatkan makanan dan kebutuhan lainnya. Banyak yang mengatakan mereka belum menerima pasokan pemerintah mereka.

"Saya mendengar distrik lain secara bertahap mendapatkan pasokan, tetapi saya tidak mendapatkan apa-apa. Kompleks saya melarang kami keluar. Saya memesan beberapa bahan makanan secara online empat hari lalu, tetapi tidak ada tanda-tanda mendapatkannya sama sekali. Saya belum bisa untuk mendapatkan sayuran apa pun selama berhari-hari," baca satu komentar yang diposting pada hari Jumat.

"Alokasinya sangat tidak merata. Distrik tempat saya tinggal tidak punya apa-apa. Kami disuruh mengelompokkan dan memesan bersama. Harganya juga sangat tinggi," orang lain berkata.

Satu video pada minggu ini telah beredar luas, yakni menunjukkan penduduk di kompleks Xi'an berdebat sengit dengan polisi karena kekurangan makanan.

Seorang pria memberi tahu pihak berwenang bahwa keluarganya kehabisan makanan, dan seorang wanita terdengar berkata.

"Kami telah dikurung selama 13 hari. Kehidupan dasar penduduk tidak dapat dipertahankan. Kami mengantri selama tiga hingga empat jam [untuk beli sayur]. Tapi mereka tidak mengizinkannya untuk dijual lagi,"

Penguncian di kota utara Xi'an sudah memasuki hari kesembilan. Wabah kota itu adalah yang terburuk yang pernah dilihat China dalam beberapa bulan di tengah strategi nol-Covid-nya.

Awalnya, pembatasan tersebut memungkinkan satu orang per rumah tangga untuk keluar setiap dua hari sekali untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok lainnya.

Tetapi aturan itu diperketat pada hari Senin - melarang penduduk pergi sama sekali kecuali untuk tes Covid-19.

Surat kabar milik negara Global Times mengatakan bahwa di beberapa tempat, makanan dikirim ke pintu masuk kompleks perumahan tetapi tidak ada cukup sukarelawan untuk mengirimkan persediaan ke depan pintu penduduk. Ada juga kekurangan pengiriman di seluruh kota karena banyak pengemudi dikarantina sendiri.

Pihak berwenang telah mengakui pada hari Rabu bahwa kehadiran staf yang rendah dan kesulitan dalam distribusi telah menyebabkan masalah dalam menyediakan pasokan penting.

Namun pada hari Kamis, kementerian perdagangan negara itu mengatakan kepada wartawan bahwa penduduk Xi'an memiliki akses cukup ke pasokan penting, kantor berita AFP melaporkan.

Outlet televisi pemerintah juga menyiarkan gambar pekerja dengan pakaian hazmat menyortir berbagai bahan makanan penting seperti telur, daging, dan sayuran ke dalam kantong plastik, sebelum mengirimkannya ke warga dari pintu ke pintu.

"Kami mendapat sembako gratis dari pemerintah. Sebenarnya cukup banyak. Cukup untuk makan satu keluarga selama tiga atau empat hari," tulis salah satu penerima perbekalan di Weibo.

Penerapan strategi nol-Covid yang ketat di China membuat kota itu menutup stasiun bus, membatalkan penerbangan keluar, dan melakukan jutaan tes di provinsi Shaanxi, tempat Xi'an berada.

Xi'an telah mencatat lebih dari 1.300 kasus virus sejak 9 Desember. Wabah terbaru telah meragukan kemampuan China untuk mempertahankan pendekatan nol-Covid saat bersiap untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022 pada bulan Februari.

China telah menyebut Covid sebagai ancaman terbesar bagi acara olahraga internasional.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Covid China Makin Ngeri! Pemerintah Lockdown Satu Kota Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular