
Awas Bumi Gonjang Ganjing, Biden Warning Putin 'Harga Mahal'

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden melakukan diskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis, (29/12/2021). Dalam panggilan telepon itu, kedua pemimpin membahas mengenai keamanan dan stabilitas di wilayah Ukraina Timur.
Dalam sebuah pernyataan pers, Biden menyebut bahwa dalam panggilan telepon itu pihaknya memberikan sebuah pesan kuat kepada Putin. Ia menyebut bahwa Rusia akan membayar harga yang mahal jika terus melakukan mobilisasi pasukan ke wilayah dekat Ukraina.
"Saya menjelaskan kepada Presiden Putin bahwa jika dia membuat langkah lagi, jika dia pergi ke Ukraina, kami akan memiliki sanksi berat. Kami akan meningkatkan kehadiran kami di Eropa, dengan sekutu NATO kami, dan akan ada harga yang harus dibayar untuk itu. itu," kata Biden kepada wartawan saat meninggalkan restoran di Wilmington, Delaware, Jumat dikutip Reuters.
Ditanya apakah Moskow menghadapi sanksi jika mempertahankan pasukan di perbatasan, Biden menegaskan bahwa langkah itu akan mendapat penolakan keras dari AS dan sekutunya di NATO.
Meski begitu, Biden juga menyebut bahwa Putin menyetujui "tiga konferensi besar" bulan depan dengan staf senior untuk membantu menemukan resolusi terkait persoalan ini. Namun, ia juga menekankan bahwa diskusi ini akan lancar jika Putin berhenti melakukan mobilisasi pasukan.
Masalah Rusia dan Ukraina terus berlarut beberapa bulan terakhir. Ukraina meminta bantuan NATO untuk melawan apa yang mereka debut "ancaman invasi baru" Kremlin.
Rusia disebut mengobarkan semangat perang dan mendukung kelompok anti-Kiev. Ini terjadi pasca Rusia menduduki wilayah Krimea di 2014.
Laporan terakhir juga menyebut Rusia telah memobilisasi tentara besar-besaran ke wilayah perbatasan negara itu. Setidaknya ada 100.000 tentara berkumpul saat ini.
Moskow menggambarkan kehadiran pasukan sebagai perlindungan terhadap ekspansi NATO, meskipun Ukraina belum menjadi aliansi militer itu. Beberapa kali insiden terjadi di Laut Hitam antara militer Rusia dan NATO, termasuk jet AS dan kapal Inggris.
Sebelumnya, dalam sebuah artikel untuk Kebijakan Luar Negeri yang diterbitkan Kamis, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov, mengatakan situasi saat ini "sangat berbahaya".
"Tidak ada yang meragukan tekad kami untuk mempertahankan keamanan kami. Semuanya ada batasnya," tulisnya.
"Jika mitra kami terus membangun realitas militer-strategis yang membahayakan keberadaan negara kami, kami akan dipaksa untuk membuat kerentanan serupa untuk mereka."
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas! Biden Panggil NATO Eropa Timur, Perang Lawan Putin?