2021 in Review

AS Minggat, Taliban Berkuasa Penuh di Afghanistan

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
31 December 2021 11:05
Pejuang Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri. (AP/Zabi Karimi)
Foto: Pejuang Taliban menguasai istana kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri. (AP/Zabi Karimi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemberitaan di 2021 dikejutkan dengan kembali berkuasanya kelompok Taliban di Afghanistan pada Agustus lalu. Kelompok yang berhaluan Islam konservatif itu telah memegang wilayah ibu kota Kabul dan mulai menduduki kantor kepresidenan negara itu.

Sebuah video beredar viral di dunia maya yang menggambarkan beberapa pejabat kelompok itu mulai duduk dan menguasai sebuah ruangan di kantor presiden kala itu. Ini dilakukan setelah mantan presiden yang saat itu menjabat, Ashraf Ghani, memutuskan untuk mengungsi dari negara itu.

Taliban sendiri menjalani sebuah jalan panjang perjuangan untuk merebut kembali negara Asia Tengah itu. Sebelumnya, mereka sempat memegang kursi kekuasaan pada 1996 hingga 2001.

Dalam masa kekuasaannya, Taliban dikenal kerap dituding tidak mengindahkan hak asasi manusia (HAM). Pada 2001 pasukan Amerika Serikat (AS) beserta sekutunya mulai masif masuk ke negara itu setelah tragedi penyerangan World Trade Center (WTC) 9 September.

Di sana Washington mengirim militer terkuat dunia untuk berperang melawan Taliban. Dalam peperangan itu, Taliban tersingkir dari tahta kepemimpinan dan kekuasaan negara itu dipegang Presiden Hamid Karzai.

Kejadian ini memulai konflik antara Taliban dengan Afghanistan dan AS. Selama 20 tahun terakhir Taliban terus melakukan serangan yang diarahkan kepada pasukan keduanya dan mulai menguasai kembali wilayah-wilayah di negara itu.

Perjuangan Taliban ini nyatanya ampuh dalam menekan pemerintahan Afghanistan. Posisi pemerintah Afghanistan makin terdesak lagi setelah AS memutuskan untuk menarik seluruh militernya dari negara itu pada Agustus 2021.

Hal ini dilakukan karena Washington menilai bahwa misinya di negara itu merupakan perang tanpa akhir yang tidak berujung. Bahkan, AS diketahui telah menghabiskan anggaran lebih dari US$ 1 triliun di negara itu selama dua dekade terakhir.

Paman Sam menarik diri dari Afghanistan dengan imbalan janji Taliban. Di mana kelompok itu menyetujui tak akan menjadikan Afganistan sebagai wilayah operasi terorisme internasional.

Sementara itu, akibat tuduhan dan sejarah Taliban, beberapa kelompok perbankan AS dan negara Barat lainnya memutuskan untuk menangguhkan semua aliran dana ke negara itu dan juga membekukan aset pemerintah Afghanistan.

Hal ini menyebabkan Afghanistan jatuh ke dalam persoalan kelaparan yang kritis. Bahkan disebutkan bahwa 18 juta warga negara itu saat ini kelaparan.

Menteri Luar Negeri Taliban Amir Khan Muttaqi telah meminta agar AS mau membuka keran aset ini. Washington disebut-sebut telah menyita hampir US$ 9,5 miliar aset milik bank sentral Afghanistan di luar negeri.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Viral Taliban Buat Supercar Sendiri, Ini Penampakannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular