
Ngeri 'Tsunami' Covid India, Mayat Dibuang ke Sungai Gangga

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 menghantam India dengan sangat parah pada April lalu. Bahkan, angka infeksi negara itu sempat mencapai hingga 400 ribu kasus perharinya.
Ledakan kasus Covid-19 yang sangat masif ini membuat fasilitas kesehatan di negara itu kolaps secara perlahan. Rumah sakit di negara itu mengaku kewalahan dan kehabisan kapasitas bangsal dalam menerima gelombang pasien yang terinfeksi Covid-19.
Tak hanya itu, persediaan oksigen di negara itu sempat mengalami kekurangan yang sangat parah. Keluarga pasien Covid-19 yang membutuhkan oksigen pun membawa tabungnya sendiri untuk mencari tempat-tempat pengisian zat yang dapat membantu melancarkan pernafasan itu.
Situasi yang cukup genting juga terjadi di tempat-tempat pemakaman jenazah dikarenakan angka kematian yang sangat tinggi. Di pemakaman Jadid Qabristan Ahle New Delhi, petugas bahkan mendapatkan kedatangan 11 jenazah tiba dalam waktu tiga jam.
Suasana yang sama juga terjadi di beberapa krematorium di seluruh negeri. Banyak krematorium di Surat, Rajkot, Jamnagar dan Ahmedabad beroperasi sepanjang waktu dengan tiga hingga empat kali lebih banyak jenazah dari biasanya.
Di wilayah Lucknow, banyak rumah kremasi kehabisan kayu dan meminta orang untuk membawanya sendiri. Foto viral di media sosial menunjukkan becak listrik sarat dengan kayu gelondongan.
Tak hanya kekuarangan kayu, beberapa krematorium juga dilaporkan mematok biaya yang sangat mahal. Bahkan bisa hingga 20 kali lipat lebih mahal dari biasanya.
Kondisi ini memaksa warga yang tak mampu membiayai kremasi atau pemakaman mengambil langkah untuk membuang jenazah keluarganya di Sungai Gangga. Dalam sepekan, otoritas kota Bihar, yang dilewati sungai itu, melaporkan penemuan setidaknya 100 jenazah yang mengapung di mulut sungai.
Selain kolapsnya fasilitas kesehatan, ledakan infeksi ini juga memicu munculnya varian baru Covid-19 yang dinamakan Delta.
Delta dianggap sebagai varian yang sangat berbahaya dan memiliki kemampuan penularan 60% lebih kuat dibandingkan varian Alpha yang sebelumnya merebak di Inggris. Pakar bahkan menyebut bahwa varian ini sebagai motor dari tingginya angka kematian yang mencapai 4 ribu perhari di Negeri Hindustan itu.
Sementara itu, warga India menyalahkan situasi ini kepada pemerintah. Muncul juga desakan warga yang meminta agar Perdana Menteri (PM) Narendra Modi untuk mundur karena dianggap acuh dengan dengan penyebaran Covid-19.
Bahkan pemerintahannya dianggap gagal dalam mengatasi mobilitas publik pada acara tradisi Kumbh Mela di sungai Gangga. Di saat pandemi yang masih terjadi, tradisi ini masih tetap saja terjadi dengan terciptanya kerumunan sebanyak 5 juta orang.
(tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Gunung Biasa, Gunung Emas Kongo Bikin Heboh Sejagad
