
Donald Trump Good Bye hingga Capitol Diserang

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2021 dipenuhi dengan beberapa peristiwa. Pada Januari 2021, Amerika Serikat (AS) membara pasca pemilihan presiden beberapa bulan sebelumnya.
Donald Trump, sosok yang kontroversial, resmi lengser dari kursi Presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari 2021 lalu. Ia kalah atas rivalnya, Joe Biden, pada pemilu November lalu.
Selama kepemimpinannya, Trump kerap kali mengeluarkan kebijakan kontroversial dalam segala hal. Hingga resmi turun dari kursi orang nomor satu di AS pun, Trump masih diwarnai dengan banyak masalah yang berujung ricuh.
Salah satu peristiwa yang mengejutkan adalah saat unjuk rasa untuk menolak penetapan Biden sebagai Presiden AS berlangsung ricuh. Massa pendukung Trump yang berkumpul di Washington DC itu mencoba merangsek masuk ke gedung parlemen AS The Capitol.
Di saat yang sama DPR, Senat, dan Wakil Presiden Mike Pence sedang mengadakan sidang untuk menetapkan Biden sebagai Presiden AS ke-46.
Awalnya demonstrasi para pendukung berjalan dengan kondusif. Namun saat Trump memberikan sepatah dua patah kata di depan pendukungnya itu, hal ini berubah jadi kerusuhan.
Trump sendiri menyampaikan bahwa ia tidak akan mengakui kekalahannya pada pemilu 3 November lalu dan terus menerus menyerang legitimasi pemilu. Akibat hal ini, sidang penetapan Biden sebagai Presiden AS pun tertunda dan Capitol menjadi rusuh.
Dalam pengepungan Capitol yang dilakukan oleh massa pendukung Trump dilaporkan menewaskan empat korban jiwa.
Dikutip Forbes, otoritas Washington DC mengatakan bahwa tiga orang tewas di sekitar halaman Capitol karena keadaan darurat medis. Sementara seorang wanita, yang diidentifikasi sebagai wanita asal San Diego, Ashli Babbitt, ditembak di dalam Gedung Capitol setelah massa pro-Trump bentrok dengan kepolisian dan memaksa anggota parlemen untuk dievakuasi.
Setelah insiden ini, dua anggota kabinet Trump yaitu Menteri Transportasi Eliene Chao dan Menteri Pendidikan Betsy DeVos, memutuskan untuk mengundurkan diri.
Trump sendiri sempat mendapatkan pemakzulan (impeachment) kedua, tetapi berhasil selamat dari sidang pemakzulan di Senat, atas tuduhan menghasut pemberontakan di Capitol.
Hasil voting menunjukkan, sebanyak 57 suara senat sepakat memakzulkan Trump sedangkan 43 lainnya menolak. Namun suara setuju tersebut belum cukup untuk menghukum Trump, butuh 2/3 atau 67 senat untuk menghukum Trump atas kerusuhan di Capitol.
Dalam voting tersebut 7 suara Partai Republik ikut bergabung dengan 50 suara senat dari Partai Demokrat yang setuju pemakzulan tersebut.
Itu berakhir seperti yang diharapkan dengan mayoritas Partai Republik menyatakan Trump tidak bersalah.
Setelahnya Trump beberapa kali sempat muncul di hadapan publik. Misalnya pada Juni Trump berkampanye di negara bagian Ohio. Dalam kampanye terbaru ini, Trump bersumpah Partai Republik akan mengambil alih kembali Kongres dan membalas anggota kongres dari partai itu yang memakzulkannya.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kota-kota Besar AS Mulai Ditinggalkan Penduduknya, Ada Apa?
