Hampir Terlupakan, Kini Mal Legendaris Ini Sepi Bak 'Kuburan'
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pusat perbelanjaan di DKI Jakarta yang tergolong legendaris terpantau sepi. Padahal, natal dan akhir tahun biasanya menjadi momen bagi masyarakat untuk mencari hiburan.
Dalam pantauan CNBC Indonesia awal pekan di Blok M Mall, banyak toko menutup gerainya dan menuliskan pengumuman di pintu. Beberapa pemilik ada yang menyewakan dan selebihnya menjual. Hal serupa juga terjadi di Plaza Semanggi dan mal-mal legendaris lainnya yang sempat ramai oleh netizen.
Mal legendaris tersebut mengikis akibat adanya persaingan yang ketat dengan kemunculan mal baru, misalnya AEON Tanjung Barat yang baru dibuka baru-baru ini. Sementara itu pasarnya juga tidak begitu besar karena masih dalam kondisi pandemi.
Alhasil, banyak mal lain yang lebih sepi, seperti yang terjadi di Mall Blok M hingga Plaza Semanggi, di mana dulunya menjadi tempat nongkrong anak muda, kini terlihat lebih sepi.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengungkapkan bahwa banyaknya tenant yang tutup karena mal tersebut sebagai ekosistem ekonomi keseluruhan sudah tidak lagi bergairah.
Hal berbeda terjadi mal yang ramai. Pada akhirnya, satu per satu penyewa memilih angkat kaki dari mal yang berangsur sepi.
"Tenant sewa mal bukan karena lokasi, tapi nyewanya traffic, tugas mal itu mendatangkan traffic," katanya dikutip pada, Minggu (26/12/21).
Ketika pergerakan manusia di pusat perbelanjaan tersebut minim, penyewa akan kesulitan untuk bertahan. Sementara bagi yang sudah gulung tikar akan sulit untuk kembali bangkit.
"Tenant buka lagi kalau kondisi keuangan belum bagus ya susah, kita nggak mau tutup, kalo mal sepi, sewa nggak turun, makin sepi lagi malnya. Ini perlu kerjasama, tenant dihidupkan dulu, baru mal bisa menagih sewa," ujarnya.
Sementara itu, Staf Ahli Hippindo Yongky Susilo menyebut pengelola pusat perbelanjaan harus memutar otak untuk menarik kembali pengunjung serta tenant. Caranya bisa dengan membuat berbagai aktivitas yang menarik.
"Aktivasi-aktivasi baru, jangan yang biasa-biasa. Buat solusi-solusi dari pain points pengunjung, kemudian buat area-area instagramable," ujar dia.
Cara itu bisa harus berlangsung konsisten hingga menarik kembali para tenant dan pengunjung. Memang memerlukan modal, namun itu investasi yang harus dibayar. Selain itu, kemudahan biaya tenant di masa pandemi ini juga perlu penyesuaian, sehingga mereka jadi lebih tertarik.
"Kemudian Reposisi malnya, ubah posisi tenant dengan mix. Resto-resto dengan nama baru dan laris," ujar Yongky yang juga Director KADIN Indonesia Trading House.
Kalangan pemilik kios juga menyampaikan hal ini, di mana mal yang dulunya ramai, kini sepi. Padahal, dulunya menjadi tempat berkumpul para karyawan yang kantornya berada di sekitar mal.
"Awal pandemi bahkan turun sisa 10%, sekarang membaik ke 60% lah, tapi belum normal kaya dulu," sebutnya.
(cha/cha)