
Jepang Resmi 'Boikot Diplomatik' Olimpiade Beijing 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Jepang resmi melakukan "boikot" diplomatik ke China. Tokyo tidak akan mengirim perwakilan pemerintah ke Olimpiade Musim Dingin 2022 di Beijing pada Februari mendatang.
Namun juru bicara pemerintah Hirokazu Matsuno tidak menggambarkan keputusan itu sebagai boikot diplomatik. Hanya mengatakan "tidak ada rencana" bagi para pejabat untuk menghadiri Olimpiade.
"Jepang percaya adalah penting bahwa nilai-nilai bersama yang dianut oleh komunitas internasional seperti kebebasan, hak asasi manusia, dan supremasi hukum juga dihormati di China," katanya, dikutip dari AFP, Jumat (24/12/2021).
"Seperti yang ditunjukkan Tokyo 2020 kepada dunia, Olimpiade dan Paralimpiade adalah festival perdamaian dan olahraga yang memberi keberanian kepada dunia."
Matsuno mengatakan keputusan itu dibuat setelah pertimbangan komprehensif. Ia menegaskan bahwa Jepang telah mengadakan diskusi dengan pihak China tentang masalah hak asasi manusia "di berbagai tingkatan".
Lebih lanjut Matsuno mengatakan ketua Tokyo 2020 Seiko Hashimoto dan ketua Komite Olimpiade Jepang Yasuhiro Yamashita akan menghadiri Olimpiade Musim Dingin di ibukota China. Ketua Komite Paralimpiade Jepang Kazuyuki Mori juga akan menghadiri Paralimpiade Musim Dingin pada Maret.
"Hashimoto akan hadir untuk mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada para atlet dan pihak lain yang mendukung Olimpiade Tokyo," kata Matsuno.
Sebelum Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Australia, serta Kanada sudah mengumumkan boikot diplomatik atas Olimpiade di China. Keputusan diambil karena adanya pelanggaran hak yang dilakukan China, termasuk terhadap minoritas Muslim Uighur.
Washington mengatakan keputusan boikot diplomatiknya didorong oleh pelanggaran hak dan "genosida" minoritas Uighur. Namun, tidak semua sekutu AS mengikutinya. Pekan lalu Korea Selatan mengesampingkan bergabung dengan boikot, dengan alasan perlunya bekerja sama dengan China.
Para pegiat mengatakan setidaknya satu juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya telah dipenjara di "kamp pendidikan ulang" di wilayah Xinjiang barat jauh. Beijing telah mempertahankan kamp-kamp tersebut sebagai pusat pelatihan kejuruan yang bertujuan untuk mengurangi daya tarik ekstremisme Islam.
(tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bersama 'Hajar' China, Australia-AS Boikot Olimpiade Beijing