'Biang Keladi' Malaysia Banjir Mengancam RI, Ini Faktanya

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Rabu, 22/12/2021 14:40 WIB
Foto: Fenomena La Nina (ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Malaysia saat ini sedang mengalami bencana banjir besar. Banjir tersebut meliputi hampir delapan negara bagian dan memaksa pemerintah Negeri Jiran itu untuk melakukan evakuasi terhadap puluhan ribu penduduk.

Analis dan ilmuwan berpendapat bencana tersebut dapat dikaitkan dengan fenomena La Nina, pola cuaca yang kompleks yang terjadi di wilayah samudra Pasifik. Lalu apa sebenarnya La Nina?


La Nina sering dikaitkan dengan maraknya fenomena banjir bandang, angin topan hingga tanah longsor yang terjadi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Untuk memahami La Nina dan dampak yang ditimbulkan perlu untuk mengerti bagaimana fluktuasi fenomena iklim di wilayah tropis dekat samudera Pasifik terjadi atau lebih dikenal sebagai ENSO (El Niño-Southern Oscillation).

ENSO memiliki tiga fase utama yakni netral, La Nina dan El Nino. Secara alami di wilayah ekuator atau dekat khatulistiwa terdapat pola aliran angin yang bergerak mengelilingi bumi dari timur ke barat. Ini dikenal sebagai angin pasat (trade wind).

Samudera Pasifik yang memiliki wilayah luar biasa luas memiliki air dengan temperatur hangat di bagian atas dekat permukaan akibat terpapar sinar matahari, mengingat wilayah ekuator adalah bagian bumi dengan paparan sinar matahari paling banyak. Angin pasat yang lebih kencang menyebabkan air hangat di permukaan samudera Pasifik ikut terbawa lebih besar dari biasanya (kondisi netral) ke wilayah timur mendekati Indonesia, Filipina, Australia dan Selandia Baru.

Permukaan air laut yang lebih hangat menyebabkan penguapan terjadi lebih cepat, evaporasi air lain tersebut kelak menjadi awal dan ketika jenuh akan menimbulkan fenomena hujan. Membludaknya air hangat di permukaan laut bagian barat Pasifik (Indonesia dan negara tetangga), memberikan bahan bakar lebih banyak dalam proses terbentuknya hujan, sehingga curah hujan meningkat dengan frekuensi yang ikut bertambah.

Selain itu meningkatnya angin pasat ke arah barat juga menyebabkan badai kencang di wilayah Asia Tenggara. Hujan lebat yang terjadi dalam frekuensi yang semakin sering pada akhirnya menyebabkan terjadinya banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah.

Sebaliknya ketika angin pasat lebih lemah dari biasanya, air hangat kini terkonsentrasi di bagian timur samudera Pasifik, atau dekat wilayah Amerika Selatan dan ikut mempengaruhi sebagian kawasan Amerika Serikat. Di dekat wilayah Indonesia dan negara tetangga, air hangat permukaan yang tersapu ke wilayah barat Pasifik digantikan oleh air dingin yang naik dari bagian laut yang lebih dalam, menjadikan air permukaan menjadi dingin.

Air dingin tersebut menjadikan penguapan lebih lambat dari biasanya. Evaporasi yang rendah menyebabkan awan yang terbentuk sedikit sehingga matahari menjadi jauh lebih terik hujan menjadi semakin jarang terbentuk atau dikenal juga sebagai El Nino.

Fenomena tersebut akhirnya menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah Asia Tenggara, yang dapat berakit pada gagal panen. Selain itu, gelombang panas yang terjadi juga dapat menyebabkan kebakaran hutan dan lahan gambut.

Secara harfiah El Nino dan La Nina masing-masing berarti anal laki-laki dan anak perempuan dari bahasa Spanyol. Meskipun dampak paling besar dirasakan di dekat wilayah khatulistiwa, secara umum fenomena El Nino dan La Nina dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia baik secara langsung melalui kondisi cuaca atau secara tidak langsung akibat dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.

Halaman 2>>


(fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Kemarau Datang Lebih Lambat - Trump Ngamuk

Pages