'Biang Keladi' Malaysia Banjir Mengancam RI, Ini Faktanya

Feri Sandria, CNBC Indonesia
22 December 2021 14:40
BMKG
Foto: BMKG (Dok. BMKG)

Ramalan perkembangan kondisi Samudra Pasifik sendiri dilakukan dalam beberapa cara. Model dinamis kompleks, model perkiraan statistik hingga analisis ahli metereologi dijadikan pertimbangan dalam menafsirkan implikasi dari situasi yang berkembang di bawah permukaan laut, dan konsekuensi lebih luas terhadap pembentukan cuaca.

Data meteorologi dan oseanografi yang memungkinkan terjadinya El Nio dan La Niña, pantauan dan ramalannya diambil dari sistem pengamatan nasional dan internasional. Pertukaran dan pemrosesan data dilakukan di bawah program yang dikoordinasikan oleh Organisasi Metereologi Dunia (World Meteorological Organization /WMO).

Melalui rilis di laman resminya, WMO mengatakan kondisi La Niña telah berkembang di Pasifik, dengan indikator samudera dan atmosfer telah mencapai ambang batas yang ditentukan selama periode September-Oktober tahun ini.

"Prakiraan terbaru dari WMO Global Producing Centers of Long-Range Forecasts menunjukkan kemungkinan tinggi (90%) suhu permukaan laut Pasifik tropis tetap berada di tingkat La Niña hingga akhir 2021, dan peluang sedang (70-80%) untuk bertahan di tingkat La Nia hingga kuartal pertama tahun 2022," tulis WMO.

WMO menambahkan bahwa sebagian besar model menunjukkan bahwa La Niña periode kali ini (2021/2022) kemungkinan akan menjadi peristiwa yang lemah hingga sedang. Layanan Meteorologi dan Hidrologi Nasional (NMHS) akan memantau dengan cermat perubahan keadaan El Niño/Osilasi Selatan (ENSO) selama beberapa bulan mendatang dan memberikan pandangan terbaru.

Sebelumnya Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati juga telah menghimbau masyarakat untuk waspada terhadap kedatangan La-Nina menjelang akhir 2021. Monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menunjukkan, saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina.

Hasil kajian BMKG memperkirakan La Nina tahun ini relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70% di atas normalnya. Curah hujan mengalami peningkatan pada November hingga Januari terutama di wilayah Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan.

Akibat kondisi ini BMKG memprediksi curah hujan semakin meningkat di Jawa, Bali, NTB, NTT pada Desember 2021. Meski sebagian daerah diprediksi mengalami dampak La Nina, sehingga mengalami peningkatan curah hujan, ada beberapa daerah yang justru kekurangan air karena intensitas hujan menurun, seperti Sumatera yang curah hujan sporadis dan Kalimantan Barat.

Selain dampak La Nina, perlu diwaspadai badai tropis yang sering terjadi pada Januari-Februari yang muncul di wilayah NTT. Fenomena La Niña dapat berulang setiap beberapa tahun (2-7 tahun) dan dapat bertahan dari beberapa bulan hingga dua tahun.

(fsd)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular