Terbongkar! Ini Alasan Kenapa Investasi EBT Masih Mini

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
Senin, 20/12/2021 16:22 WIB
Foto: PLTA Saguling (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Institute for Essential Services Reform (IESR) dalam Indonesia Energy Transition Outlook 2022 mencatat bahwa investasi di sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pada tahun 2021 dan sebelumnya selalu di bawah US$ 2 miliar.

Terdapat beberapa aspek yang membuat investasi di energi hijau ini selalu mini. Apa itu?

Penulis Utama Laporan Indonesia Energy Transition, Julius C Adiatma menyampaikan, bahwa dalam laporan ini pihaknya membahas masalah keuangan khususnya sumber pendanaan dalam mengembangkan proyek-proyek EBT.


Menurut catatannya, sejauh ini berbagai lembaga internasional yang memberikan pendanaan, seperti halnya Wolrd Bank, hanya bersifat untuk iklim dan tidak ke EBT melainkan lahannya dan sebagainya.

"Kendalanya adalah bankability yang rendah. Karena tarif EBT dan kemudian sumber-sumber dana ini tidak bisa direalisasikan jadi proyek," terang Julius dalam Media Briefing, Senin (20/12/2021).

Bahkan, menurut catatan Julis, pemerintah sejatinya sudah berinisiatif untuk menerbitkan green bond atau pinjaman-pinjaman yang non konvensional. Hanya saja sampai saat ini realisasinya belum terlalu banyak untuk EBT.

"Carbon tax yang sudah diundangkan bisa jadi sumber pendanaan, bisa dipakai untuk pinjaman lunak, EBT fund, dan lainnya. Namun belum ada aturannya bahwa dan dari pajak karbon harus digunakan untuk penggunaan EBT," tandas dia.

Ia berharap, pada tahun depan ada peraturan mengenai hal itu. Melalui itu aturan mengenai Cabon Tax bisa digunakan untuk mengurangi emisi.

Bersamaan dengan itu, Handriyanti D Puspitarini, Penulis Laporan Indonesia Energy Transition menyampaikan, aturan untuk mendukung iklim investasi di EBT ini belum mendukung apalagi berkenaan dengan sumber pendanaan.

Saat ini bank lokal belum umum dengan protek EBT. "Rekomendasinya ada juga untuk 2022 seperti regulasi yang eksis saat ini harus direvisi ke depan dan mengenai RUU EBT yang masih belum ada. Adanya carbon tax dan carbon trade yang bisa memberikan peluang lebih banyak peluang EBT di Indonesia," ungkap Handriyanti.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Presiden Prabowo Subianto Resmikan Proyek EBT Senilai Rp 25 T