Kiamat Batu Bara Mendekat, Harga Listrik Nuklir Lebih Murah?

Mira Rachmalia Putri, CNBC Indonesia
18 December 2021 13:55
In this Feb. 12, 2020, photo, the Unit 1 and 2 reactor buildings, damaged by the 2011 earthquake and tsunami, are seen at the Fukushima Dai-ichi nuclear power plant in Okuma, Fukushima Prefecture, Japan. Nine years ago, on March 11, 2011, a magnitude 9.0 quake and tsunami destroyed key cooling functions at the plant, causing a meltdown that leaked a massive amount of radiation and forcing some 160,000 residents to evacuate. About 40,000 of them still haven't returned. (AP Photo/Jae C. Hong)
Foto: Pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Dai-ichi. (AP Photo/Jae C. Hong)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ternyata sudah membangun kerjasama dalam hal persiapan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Kerjasama itu katanya dilakukan dengan Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif membeberkan bahwa untuk kesiapan pembangkit nuklir di Indonesia. Ada 19 butir infrastruktur yang harus dipenuhi oleh Indonesia dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan pembangkit itu.



"Ada 19 butir infrastruktur fase 1 yang harus dipenuhi. Saat ini 16 butir dinyatakan masuk ke tahap dua. Utamanya persiapan pelaksanaan konstruksi PLTN," ungkap Arifin Tasrif saat berbincang dengan Badan Legislatif (Baleg) DPR beberapa waktu yang lalu.

Sementara untuk tiga butir kesepakatan yang lainnya, kata Arifin Tasrif, belum siap menuju ke fase dua. Diantara ketiga butir itu adalah, posisi nasional akan pembangkit tenaga nuklir, kemudian belum terbentuknya tim manajemen dan keterlibatan pemangku kepentingan.

"Ini yang harus kita siapkan. Sedangkan saat ini Kementerian ESDM tengah menyiapkan Keputusan Menteri (Kepmen) tentang itu," ungkap Arifin Tasrif.

Arifin Tasrif menyampaikan bahwa pembangkit tenaga nuklir ini memiliki peranan penting bagi Indonesia dalam memenuhi target net zero emission carbon atau netral karbon pada tahun 2060. Seperti yang diketahui, untuk menuju netral karbon di tahun 2060 itu, kapasitas listrik energi baru dan terbarukan akan mencapai 57 Giga Watt yang akan berasal dari PLTS, PLT Panas Bumi dan Laut.

"Hidrogen dan pembangkit nuklir (PLTN) akan memainkan peran penting agar sistem itu dapat diandalkan dan dengan penetrasi EBT," tandas Arifin.

Di samping itu, PT PLN (Persero) juga rupanya sudah memiliki modul akan pengembangan pembangkit tenaga nuklir itu, untuk mengimbangi demand pada pasokan energi baru dan terbarukan.

"Di modul kami mulai muncul adalah energi nuklir. Dalam perencanaan kami akan muncul ada pembangunan energi nuklir di 2038," terang Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo.

"Apakah PLN siap melaksanakan itu? Kami siap melaksanakan baik teknis, komersial, bahwa energi nuklir jadi terintegrasi dari sustainbility supply energi tapi juga mengurangi emisi CO2," terang Darmawan.

Lalu apakah harganya lebih kompetitif?

DjarotSulistioWisnubroto, peneliti senior sekaligus matan kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN mengatakan berdasarkan hasil uji kelayakan dariĀ  PLN, harga listrik dari PLTN di Indonesia bisa ditekan hingga hanya US$ 7 sen per kilo watt hour (kWh).

Meski Uranium yang menjadi bahan baku PLTN harganya fluktuatif, namun hal itu tak akan mempengaruhi harga listrik. Nuklir juga dipandang sebagai EBT yang tidak terpengaruh pada cuaca.

Pakar Himpunana Masyarakat nuklir Indonesia Zaki Su'ud, mengatakan biaya operasi PLTN lebih kompetitif dibandingkan batu bara meski nilai investasi pembangunannya cukup besar.

"Dibandingkan energi baru terbarukan (EBT), listrik dari nuklir ini kompetitif secara umum ya. Nuklir bisanya dibandingkan dengan batu bara, tapi mungkin ada kendala juga seperti berapa harga miyak akan berpengaruh juga. Kalau harga minyak US$ 70 tidak (kompetitif), tapi kalau harga minyak US$ 100, nuklir jadi sangat kompetitif," jelasnya.

Faktor keamanan dan keselamatan mayoritas masih menjadi alasan utama masyarakat Indonesia menolak keberadaan PLTN. Terlebih Indonesia berada dalam kawasan ring of fire yang rawan bencana alam.

Namun demikian, Zaki Su'ud meyakinkan bahwa PLTN tidak seburuk apa yang disangkakan. Menurutnya, dengan perkembangan teknologi nuklir saat ini, ada teknologi PLTN yang cocok bagi Indonesia.

Dia mengatakan, PLTN yang cocok digunakan di Indonesia adalah generasi 3 plus atau 4. Karena memiliki keselamatan pasif yang mampu atasi potensi bencana seperti yang terjadi di Chernobyl dan Fukushima.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dirut Baru PLN Ramal: Kehadiran Pembangkit Nuklir Lebih Cepat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular