Pak Jokowi, Ini "Luka Dalam" RI yang Dimaksud Bank Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 December 2021 11:50
Penduduk miskin bantaran kali Ciliwung
Foto: Penduduk bantaran kali Ciliwung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh positif pada 2021 dan 2022. Namun ada 'luka' warisan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang sepertinya lumayan dalam.

"Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 3,7% pada 2021 dan 5,2% pada 2022. Dengan asumsi Indonesia tidak lagi mengalami gelombang serangan Covid-19 yang parah," sebut laporan terbaru Bank Dunia berjudul A Green Horizon: Toward a High Growth and Low Carbon Economy yang diluncurkan pekan ini.

growthSumber: Bank Dunia

Pandemi virus corona memang masih menyisakan luka yang teramat dalam. Pada 2020, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) lebih dari 2%. Ini menjadi catatan terburuk sejak 1998.

Pandemi yang ditanggulangi dengan pembatasan sosial (social distancing) membuat ekonomi Tanah Air lumpuh. Banyak orang kehilangan pekerjaan dan jatuh miskin.

Pada Agustus 2021, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 7,07%, tertinggi sejak 2010. Selepas itu, tingkat pengangguran memang turun tetapi belum bisa kembali ke bawah 5% seperti masa pra-pandemi.

"Pendapatan pekerja yang hilang (labor income losses) tetap tinggi, terutama di kelompok 40% rumah tangga terbawah. Menurut survei Bank Dunia, masih ada 45% rumah tangga yang mengalami penurunan pendapatan dibandingkan masa sebelum pandemi," sebut laporan Bank Dunia.

Pasar tenaga kerja yang terpukul membuat angka kemiskinan naik. Per Maret 2021, angka kemiskinan berada di 10,14%. Turun dibandingkan Agustus 2020 yang 10,19% tetapi masih bertahan di level dua digit.

Padahal baru pada 2018 Indonesia mampu menekan angka kemiskinan menjadi satu digit. Perjuangan bertahun-tahun hilang dalam hitungan bulan gara-gara pandemi.

"Pandemi meninggalkan luka sosial-ekonomi yang dalam. Jika pandemi berkepanjangan, maka akan menyebabkan penurunan investasi, rendahnya permintaan, keterbatasan pasokan, dan terbatasnya potensi pertumbuhan ekonomi," tulis laporan Bank Dunia.

Apabila pandemi belum rampung dalam jangka panjang, Bank Dunia memperkirakan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkurang 0,1%. Sementara Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa lulusan sekolah lebih mungkin terserap di sektor informal, menjadi pengangguran, atau tidak aktif mencari kerja karena pandemi.

Sepanjang 2020 hingga 2021, porsi anak mudah yang tidak bekerja, tidak sekolah, atau tdak sedang menjalani pelatihan naik hampir dua lipat menjadi 16,4%. Tanpa kebijakan yang memadai, jumlah ini sangat mungkin makin bertambah.

Oleh karena itu, Bank Dunya menyarankan pemerintah Indonesia berfokus untuk mengatasi empat tantangan utama. Pertama adalah mengendalikan pandemi. Jangan lupa, pandemi masih belum selesai, apalagi dengan kehadiran varian omicron.

Kedua adalah mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di bawah potensinya. Apalagi pasar keuangan global menuju ke ketat, sebelum Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya benar-benar pulih.

Ketiga adalah meningkatkan ruang fiskal. Kebijakan fiskal harus diarahkan untuk tujuan penanganan pandemi dan mengelola utang dalam jangka menengah.

Keempat adalah mempercepat reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Reformasi menjadi penting di tengah ruang kebijakan yang kian terbatas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular