Pak Jokowi, Ini "Luka Dalam" RI yang Dimaksud Bank Dunia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 December 2021 11:50
Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana bantaran kali Cideng, Roxy, Jakarta Barat (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

"Pandemi meninggalkan luka sosial-ekonomi yang dalam. Jika pandemi berkepanjangan, maka akan menyebabkan penurunan investasi, rendahnya permintaan, keterbatasan pasokan, dan terbatasnya potensi pertumbuhan ekonomi," tulis laporan Bank Dunia.

Apabila pandemi belum rampung dalam jangka panjang, Bank Dunia memperkirakan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berkurang 0,1%. Sementara Survei Sosial-Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa lulusan sekolah lebih mungkin terserap di sektor informal, menjadi pengangguran, atau tidak aktif mencari kerja karena pandemi.

Sepanjang 2020 hingga 2021, porsi anak mudah yang tidak bekerja, tidak sekolah, atau tdak sedang menjalani pelatihan naik hampir dua lipat menjadi 16,4%. Tanpa kebijakan yang memadai, jumlah ini sangat mungkin makin bertambah.

Oleh karena itu, Bank Dunya menyarankan pemerintah Indonesia berfokus untuk mengatasi empat tantangan utama. Pertama adalah mengendalikan pandemi. Jangan lupa, pandemi masih belum selesai, apalagi dengan kehadiran varian omicron.

Kedua adalah mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada di bawah potensinya. Apalagi pasar keuangan global menuju ke ketat, sebelum Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya benar-benar pulih.

Ketiga adalah meningkatkan ruang fiskal. Kebijakan fiskal harus diarahkan untuk tujuan penanganan pandemi dan mengelola utang dalam jangka menengah.

Keempat adalah mempercepat reformasi struktural untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Reformasi menjadi penting di tengah ruang kebijakan yang kian terbatas.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular