Tahun Ini RI Cuan Besar dari Durian Runtuh, 2022 Bebas Utang?

Mira Rachmalia Putri, CNBC Indonesia
18 December 2021 12:00
Ilustrasi Dollar Rupiah
Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Pemerintah memprediksi, APBN 2022 masih mengalami defisit hingga Rp 868 triliun atau 4,58% dari Produk Domestik Bruto. Ini berpotensi menjadi tambahan nominal utang yang kini mencapai Rp 6000 triliun.

"Sensitivitas APBN terhadap komoditas memang tinggi, terutama dari sisi penerimaan pajak dan non pajak (PNBP). Hal ini positif bagi postur fiskal dalam jangka pendek," ungkap economist & fixed income research Bahana sekuritas Putera Satria Sambijantoro

Sebagian PNBP ditopang dari sektor migas, 30% industri ekspor juga dipengaruhi oleh harga komoditas batu bara, minyak kelapa sawit dan nikel.

Sejalan dengan itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto memperkirakan tahun depan harga komoditas akan kembali turun seiring dengan pemulihan yang terjadi hampir di semua negara.

"Tren ini sudah bisa kita lihat pada kondisi harga minyak dan batu bara saat ini yang berangsur sangat terbatas penguatannya. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi global tahun depan di kisaran 4-5%, maka harga minyak bumi akan berada ke level 60-80 us dollar per barel, sementara harga CPO dapat kembali kisaran 2500 - 3500 ringgit per ton. Sementara harga batu bara kemungkinan kembali stabil di bawah 150 dolar per ton," jelasnya.

Pasokan minyak dunia diperkirakan akan kembali berlimpah seiring dengan kebijakan negara maju, produksi kelapa sawit juga akan kembali normal, sementara batu bara akan terhadang isu lingkungan yang kini menjadi pembahasan global.

Perubahan ekonomi global, dimotori oleh negara maju lewat normalisasi stimulus moneter dapat menurunkan harga komoditas. Baik itu minyak bumi, gas, batu bara, produk kelapa sawit, tembaga, nikel, dl.

Sehingga, APBN tentunya tidak bisa berharap dari komoditas. Bila tidak ada antisipasi, maka penurunan harga tersebut bisa mendorong defisit anggaran ke 5% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Ketergantungan fiskal terhadap komoditas dilihat sebagai kelemahan fundamental bukan kekuatan ekonomi. Sehingga pemerintah diharapkan dapat mencari alternatif penerimaan agar tidak terdesak yang berujung pada penarikan utang.



(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular