Semeru Siaga 3, Pemerintah Modernisasi Alat Pantau Awan Panas

Pratama Guitarra, CNBC Indonesia
17 December 2021 20:12
Presiden Jokowi meninjau Jembatan Besuk Koboan yang runtuh akibat erupsi Gunung Semeru pada Selasa, 7 Desember 2021. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Jokowi meninjau Jembatan Besuk Koboan yang runtuh akibat erupsi Gunung Semeru pada Selasa, 7 Desember 2021. (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal melengkapi sistem pengamatan yang telah ada di Pos Pemantauan Gunung Semeru. Peralatan pemantauan akan ditambah dan dimoderninasi.

Salah satunya yang akan segera direalisasikan adalah pemasangan thermal camera di area Besuk Kobokan untuk memantau suhu luncuran awan panas ketika terjadi erupsi.

Adapun Badan Geologi menaikkan status Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai tadi malam, Kamis, 16 Desember 2021 pukul 23.00.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif menyampaikan, bahwa saat ini alat pemantauan gunung Semeru masih bersifat standar. Oleh karena itu pihaknya akan memodernisasi alat pantauan tersebut.

"Kita akan mengupgrade, kalau sekarang memang standar, kita perlu tambahkan lagi di beberapa titik. Contohnya thermal camera, kalau sekarang ini baru efektifnya ke daerah yang memang kelihatan spotnya, nanti kita lihat apakah ke depannya potensi Awan Panas Guguran (APG) akan ke daerah lain atau tidak, di situ thermal camera akan kita lengkapi," terang Arifin, Jumat (17/12/2021).

Arifin bilang, Thermal camera untuk bisa mendeteksi panas, akan ditempelkan di (area) Besuk Kobokan. Kalau memang ada luncuran awan panas, kata dia akan langsung diketahui temperaturnya.

"Nah, cuma kan jaraknya 13 km ya, karena ke atas sana lagi tertutup kabut. Kita sedang cari jalan, bagaimana caranya kita bisa lebih ke titik pengamatan yang lebih dekat," tandas Arifin.

Arifin juga menyampaikan bahwa peralatan lainnya juga akan segera ditambah dan disesuaikan dengan peta Kawasan Rawan Bencana yang terbaru.

Terkait Early Warning System (EWS), Menteri Arifin menyampaikan bahwa EWS telah berjalan, sesuai dengan mekanisme yang berjalan di setiap titik pemantauan gunung api. Apabila terdapat indikasi atau kenaikan aktivitas gunung api akan selalu terpantau dan hasil pemantauan tersebut akan selalu disampaikan kepada masyarakat melalui saluran komunikasi, yaitu grup WhatsApp yang beranggotakan BPBD, camat, kepala desa, tokoh masyarakat setempat, dan para relawan.

"Tetapi gunung ini tidak bisa bilang kapan mau erupsi, suatu saat dia akan menunjukkan getaran yang tinggi, seismografnya akan tinggi. Dia bisa tidur lama dan tiba-tiba dia naik, ini yang harus diwaspadai," ungkap Arifin

"Karena belum ada peralatan yang bisa mendeteksi bahwa ini akan erupsi pada 1 jam atau 2 jam. Nah untuk itu memang harus ditetapkan area-area di mana tidak ada kegiatan-kegiatan masyarakat di sekitar situ. Itu pengamanan yang harus dilakukan," tambah Arifin.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Update Erupsi Semeru: 34 Orang Tewas, 4.250 Jiwa Mengungsi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular