Gunung Semeru Naik ke Level 3 Siaga, Efek dari Gempa Jember?

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Jumat, 17/12/2021 18:55 WIB
Foto: Kementerian PUPR Terjunkan Tim dan Alat Berat untuk Tanggap Darurat Bencana Erupsi Gunung Semeru di Lumajang. (Dok Kementerian PUPR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan status Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai tadi malam, Kamis, 16 Desember 2021 pukul 23.00.

Sejumlah orang menduga alasan dinaikkannya status peringatan Gunung Semeru karena dampak dari Gempa Jember yang terjadi pada Kamis (16/12/2021). Seperti diketahui, kemarin, Kamis (16/12/2021), gempa bumi mengguncang Jember, Jawa Timur dengan magnitudo 5,1. Mengutip BMKG, gempa terjadi pukul 06.01 WIB dengan kedalaman 10 kilo meter (km).

Lantas, benarkah dugaan tersebut? Apakah ada hubungan antara gempa di Jember kemarin dengan dinaikkannya status Gunung Semeru menjadi Siaga?


Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan bahwa belum ada tanda-tanda kalau Gunung Semeru terdampak atas gempa Jember. Menurutnya, apa yang terjadi pada Semeru karena aktivitasnya sendiri.

"Kami belum melihat tanda-tanda ke arah sana. Kami juga tidak ingin menakuti masyarakat, meski begitu kami tidak menampik kalau ada potensi awan panas guguran setelah pemantauan 24 jam," ungkap Andiani dalam 'Konferensi Pers Badan Geologi: Update Terkini dan Peningkatan Status Gunung Semeru ke Level Siaga', Jumat (17/12/2021).

Menurut Andiani, semua potensi awan panas guguran dilakukan setelah monitor selama dua jam. Menurutnya, pihakya sudah melakukan imbauan dan juga terus melakukan monitoring untuk melihat peningkatan atau peluncuran lidah lava.

Sayangnya, meski sudah diketahui ada 2 km lidah lama dari jarak luncur, namun tidak diketahui berapa volume dan dan jarak luncurnya.

Pada Kamis (16/12/2021) telah terjadi luncuran awan panas pukul 09.01 WIB sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 912 detik.

Kemudian, terjadi luncuran awan panas pada pukul 09:30 WIB. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 17 mm dan durasi 395 detik, namun secara visual tidak teramati karena Gunung Api Semeru tertutup kabut.

Sore harinya, terjadi luncuran awan panas pada pukul 15:42 WIB sejauh 4,5 km dari puncak. Kejadian awan panas ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 20 mm dan durasi 400 detik.

Selain itu, dari pengamatan kegempaan, teramati kegempaan didominasi oleh gempa letusan, hembusan, dan guguran dengan jumlah gempa guguran meningkat dalam tiga hari terakhir sebanyak 15-73 kejadian per hari dari rata-rata 8 kejadian per hari sejak tanggal 1 Desember 2021. Gempa Vulkanik Dalam dan Tremor Harmonik terjadi dalam jumlah yang tidak signifikan.

Aktivitas awan panas guguran masih berpotensi terjadi dikarenakan adanya endapan aliran lava (lidah lava) dengan panjang aliran +- 2 km dari pusat erupsi. Aliran lava tersebut masih belum stabil dan berpotensi longsor terutama di bagian ujung alirannya, sehingga bisa mengakibatkan awan panas guguran.


(wia)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bahlil Ingatkan Indonesia Jangan Kena Kutukan Sumber Daya Alam