
Bank Dunia & Bank No 1 ASEAN Sepakat: RI Tinggal Landas 2022!

Momentum ini kemungkinan bisa berlanjut pada 2022. Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tahun depan bisa tumbuh 5,2%. Jika terwujud, maka akan menjadi prestasi terbaik sejak 2018, lagi-lagi sebelum pandemi virus corona.
"Gelombang serangan varian delta sudah memberi pelajaran kepada Indonesia bagaimana menghindari serangan Covid-19 yang parah pada kemudian hari. Meningkatkan cakupan vaksinasi, tes, dan pelacakan adalah cara terbaik untuk bersiap menghadapi varian omicron dan varian-varian lainnya," sebut Satu Kahkonen, Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, sebagaimana dikutip dari siaran resmi.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2%, Bank Dunia memberikan beberapa prasyarat. Satu, vaksinasi anti-virus corona harus sudah mencapai 70% di sebagian besar provinsi.
Soal vaksinasi, Indonesia boleh berbangga. Per 14 Desember 2021, Our World in Data mencatat sudah 37,8% populasi yang mendapatkan vaksin. Indonesia menempati urutan kesembilan dunia, pencapaian yang patut mendapat apresiasi.
![]() |
Laju vaksinasi di Indonesia pun lumayan cepat. Per 14 Desember 2021, rata-rata tujuh harian vaksinasi ada di 1,39 juta dosis/hari. Jika laju ini mampu dipertahankan, bahkan ditingkatkan, maka target 70% seperti yang disyaratkan Bank Dunia sangat bisa tercapai pada 2022.
Syarat kedua, pemerintah dan bank sentral harus tetap mempertahkan kebijakan yang akomodatif. Ini pun sepertinya bisa terpenuhi.
Dari sisi fiskal, pemerintah masih mempertahankan pos anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Untuk 2020, anggaran PEN dialokasikan sebesar Rp 414 triliun.
Di bidang kesehatan, anggaran PEN akan mencakup penguatan 3T (testing tracing, treatment), obat-obatan, insentif tenaga kesehatan, vaksinasi dan pengadaan vaksin, insentif perpajakan vaksin, dan penanganan kesehatan lainnya. Sementara untuk perlindungan sosial, Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako, Kartu Prakerja, Dukungan Kehilangan Pekerjaan, dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Desa akan tetap berjalan.
Sementara di sisi moneter, BI masih akan mempertahannkan kebijakan moneter akomoatif, setidaknya sampai tekanan inflasi benar-benar terlihat nyata. Suku bunga acuan kemungkinan tetap akan rendah, dan baru naik pada akhir 2022.
"Kebijakan suku bunga rendah 3,5% akan tetap kami pertahankan sampai ada tanda awal-awal kenaikan inflasi," ungka Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam Pertemuan Tahunan BI 2021, bulan lalu.
Halaman Selanjutnya --> DBS: Indonesia Bangkit!
(aji/aji)