HSBC Minta Kliennya Setop Bisnis Batu Bara di Akhir 2023!
Jakarta, CNBC Indonesia - HSBC, bank terkemuka Eropa untuk perusahaan Asia, memaparkan kebijakan yang telah lama ditunggu-tunggu tentang pembiayaan batu bara termal. Hari ini, Selasa (14/12/2021) HSBC mengatakan pihaknya mengharapkan semua kliennya memiliki rencana untuk keluar dari bisnis bahan bakar fosil pada akhir 2023.
Salah satu sumber energi fosil yang masih banyak digunakan di Asia yaitu batu bara karena merupakan salah satu sumber energi murah. Namun batu bara juga banyak diperdebatkan banyak pihak, terutama negara maju karena padat karbon dan berdampak pada perubahan iklim.
Mengutip Reuters, Selasa (14/12/2021), berdasarkan rencananya, HSBC akan mengurangi eksposur ke pembiayaan batu bara termal setidaknya 25% pada 2025 dan 50% pada 2030, meskipun klien non-Uni Eropa (UE) atau non-OECD dapat didanai hingga penghentian batu bara global pada 2040.
Namun demikian, kelompok yang telah mengampanyekan HSBC untuk mengeluarkan kebijakan eksplisit tentang batu bara termal mengatakan rencana bank tersebut tidak berjalan cukup jauh dan masih kurang "urgensi" yang memadai.
Terkait janji yang ada untuk tidak membiayai pembangkit listrik tenaga batu bara baru atau tambang batu bara termal, HSBC mengatakan kebijakannya akan membantu menghapus penggunaan batu bara yang ada sejalan dengan studi perubahan iklim dan ditinjau setiap tahun.
"Kita perlu mengatasi beberapa masalah sulit secara langsung. Batu bara adalah salah satu masalah besar. Batu bara menyumbang 25% dari emisi gas rumah kaca global," kata Chief Sustainability Officer Grup HSBC Celine Herweijer, dikutip dari Reuters, Selasa (14/12/2021).
"Tidak cukup baik untuk memiliki kebijakan tentang tidak ada batu bara baru. Kita perlu mengalihkan perhatian kita pada penghapusan batu bara yang mendesak di samping garis waktu ilmiah," lanjutnya.
Sebagai salah satu bank terbesar di Eropa dan dengan eksposur ke industri di pasar negara berkembang di Asia dan di tempat lain, HSBC telah menghadapi tekanan dari investor dan aktivis untuk memotong pendanaan kepada mereka yang menggunakan batu bara, bahan bakar fosil paling kotor.
Jeanne Martin, manajer kampanye senior di ShareAction, sebuah grup yang bertujuan untuk meningkatkan aksi korporasi dalam masalah lingkungan, sosial, dan tata kelola, mengatakan fakta bahwa HSBC telah memperkenalkan kebijakan penghentian penggunaan batu bara dengan sendirinya merupakan kemenangan bagi keterlibatan para pemangku kepentingan dan investor terkait isu perubahan iklim. Tetapi menurutnya itu saja tidak cukup, masih dibutuhkan lebih banyak aksi nyata.
"Sementara langkah maju yang penting, kebijakan tersebut tidak memiliki urgensi dan ketelitian yang diperlukan untuk mencegah krisis iklim," katanya.
(wia)