
Fakta-Fakta Seputar Fenomena Apartemen 'Hantu' di Jakarta

Jakarta, CNBC Indonesia - Fenomena apartemen 'hantu' sedang terjadi di beberapa lokasi di Jakarta. Bahkan, Bos Ciputra turut angkat bicara soal fenomena ini. Bos Ciputra ini pun membeberkan penyebab masalah penurunan tingkat hunian apartemen sewa yang terjadi di DKI Jakarta hingga akhir tahun ini.
Managing Director PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Harun Hajadi mengatakan, pandemi menghantam pasar apartemen sewa, yang membuat orang enggan untuk menyewa lagi. Selain itu, pasar ini dihuni kebanyakan oleh para ekspatriat yang biasanya menyewa atau disewakan oleh perusahaan. Namun saat pandemi, mereka tidak lagi menyewa unit apartemen.
"Pasar apartemen ada dua, pasar sewa dan penjualan. Pasar sewa ini menurun tajam karena pandemi, sehingga penyewa-penyewa banyak dari warga negara asing, sudah nggak ada lagi di Jakarta, kebanyakan mereka pulang sehingga demand sewa menurun jauh," tutur Harun kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/12/2021).
Sebelum apartemen sewa mengalami penurunan, ini sudah terjadi oleh segmen apartemen strata title (milik) bahkan beberapa tahun lalu. Penyebabnya adalah peminat untuk tinggal di bangunan apartemen sudah berkurang.
Masalah ini pun diakui oleh pengembang dan memilih melakukan penahanan pembangunan. Menurut Harun, ini sudah dirasakan sejak tahun 2018 lalu.
"Pasar penjualan beda, itu lebih dikarenakan pasar over supply, ini sudah dirasakan sejak 2018, sejak pandemi tapi dikit demi sedikit pasar di-stop over the year sampai tahun ini tentu. Disetop oleh pasar over supply tersebut, di 2023 kami harap apartemen normal, kalau pasar sewa tergantung pandemi lewat atau nggak," jelasnya.
Sementara itu, menurut Direktur PT Jababeka Tbk, Suteja S. Darmono, pasar apartemen menang cukup memprihatikan. Masalah ini yang jadi perhatian dan ingin diperangi.
Suteja mengatakan tren apartemen tidak akan menghilang dan tetap jadi pilihan masyarakat perkotaan. Meski di saat bersamaan juga sedang ada perubahan ke rumah tapak.
"Future-nya itu apartemen. Masa kita mau balik ke masa lampau, balik ke namanya landed housing. Jadi menurut saya apartemen ini masih menarik untuk jangka menengah maupun panjang," katanya.
Permintaan apartemen lesu sudah terjadi sejak sebelum pandemi dan ini karena over supply. Hal tersebut dikatakan oleh Managing Director Strategic Business & Services Sinar Mas Land, Alim Gunadi.
Namun pandemi mendorong juga masyarakat tidak tinggal berdekatan dengan kantor, sehingga membuat permintaan apartemen di Jakarta makin minim dan orang memilih tinggal di luar ibu kota.
Alim tetap meyakini permintaan apartemen bisa menanjak pertengahan 2023, khususnya karena sudah ada kekebalan komunal dan pelonggaran aturan perjalanan bagi investor asing.
"Mungkin hipotesanya apartemen kembali di first quarter 2023, bahwa first half 2022 ada herd immunity, ada booster, traveling para investor dibuka, mereka masuk. Pun tidak sebesar yang lama. Begitu ada orang foreign masuk mereka butuh tempat tinggal, dan mereka minta di sekitar kantor atau CBD," katanya.
Lokasi Apartemen 'Hantu'
Sementara itu lokasi apartemen 'hantu' itu terjadi di luar wilayah Central Business District (CBD). Dijelaskan oleh Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan untuk okupansi apartemen servis terbagi menjadi dua wilayah Central Business District (CBD) Jakarta dan luar daerah CBD.
"Kita okupansi memantau di bagian CBD dan non CBD. Kebanyakan kalau servis ya memang sewa itu di CBD. Sementara yang turun CBD non Jaksel. Jadi kawasan Jakarta Selatan seperti Kebayoran, Pondok Indah itu masih banyak. Sementara kalo di luar itu lebih sedikit. Seperti Jakarta Barat itu sedikit," katanya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Tingkat okupansi ini terus menurutnya dan paling rendah dalam lima tahun terakhir. Sementara menurut Director Advisory Sales Colliers Indonesia Monica Koesnovagril, apartemen servis di CBD masih lebih tinggi ketimbang non CBD.
"Jika kita refer serviced apartment non-CBD, umumnya berlaku di Jaksel. Jadi okupansi paling tinggi di CBD, disusul Jakarta Selatan dan terakhir di luar area ini," kata Monica.
Meski begitu, penambahan jumlah apartemen service tahun ini masih terjadi. Sebab ini adalah proyek lama sebelum pandemi, yang berarti akan memperparah masalah saat pasar sedang drop tapi pasokan bertambah.
Riset Cushman & Wakefield sampai pada Q3 2021 mengungkapkan belum ada pembangunan apartemen purpose to build dan apartemen servis yang selesai dibangun. Pengembang kemungkinan menunda menyelesaikan konstruksi karena pandemi.
"Proyek seperti Somerset Kencana, Somerset Sudirman, Citadines Gatot Subroto, Citadines Sudirman, dan Ascott Menteng, diprediksi menunda jadwal beroperasi karena pandemi Covid - 19," tulis Director, Strategic, Consulting Cushman & Wakefield Arief Rahardjo.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Apartemen Hantu' Nyata, Pengembang Ungkap Biang Keroknya
