Sekalipun Besok Covid Punah, Krisis di Dunia Belum Selesai
Bali, CNBC Indonesia - Kebijakan bersama negara dalam menyusun exit strategi dari pandemi Covid-19 dalam rangka pemulihan ekonomi harus dilakukan secara bertahap, guna menghindari prematur normalisasi dan pemulihan.
Hal tersebut merupakan salah hasil dari serangkaian Presidensi G20 dalam pertemuan tingkat deputi Kementerian Keuangan dan Bank Sentral atau Finance and Central Bank Deputies (FCBD) Meeting dalam forum jalur keuangan atau finance track.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengungkapkan normalisasi dipandang harus dilakukan secara bertahap atau gradual untuk menghindari prematur normalisasi, karena kondisi negara pulih tergantung pada beberapa faktor.
"Terlalu lama normalisasi dilakukan mengganggu instabilitas sistem keuangan di jangka menengah panjang. Exit strategy penting untuk direncanakan dengan matang dan dilakukan secara bertahap," jelas Dody kepada awak media di Bali, dikutip Sabtu (11/12/2021).
Sementara, jika exit strategy dilakukan terlalu cepat, akan berbahaya pada proses pemulihan yang sedang berlangsung.
Terlebih, International Monetary Fund (IMF) dalam pertemuan ini memberikan ulasan bahwa outlook ekonomi global relatif dalam jalur pemulihan namun kecepatannya lebih lambat.
Pemulihan terus berlangsung, tapi ada risiko yang perlu dihadapi. Diantaranya kesehatan, inflasi ke depan, kemudian risiko masalah supply side shock di level produksi dan perubahan iklim.
"Itu risiko yang menjadi balance pertumbuhan ekonomi 2021 dan 2022. Namun, mereka melihat normalisasi kebijakan jadi isu, apakah dilakukan lebih awal dari rencana semua. Karena ini akan mempengaruhi outlook negara," jelas Dody.
Exit strategy yang dimaksud Dody yakni terkait mengatasi dampak berkepanjangan atau scarring effect dari pandemi Covid-19 dalam jangka menengah panjang, mengingat tanpa kebijakan struktural maka akan menyulitkan pemulihan ekonomi.
Dampak pandemi seperti penutupan pabrik di tengah permintaan yang pulih namun produksi terbatas, menunjukkan bahwa exit strategy perlu diterapkan untuk mengatasi hal ini.
Selain itu, kata Dody, exit strategy seharusnya jangan hanya dilihat dari sektor ekonomi saja melainkan juga dari sisi tenaga kerja yang turut terganggu mengingat adanya kebutuhan skill terkait Information Technology (IT) yang meningkat.
"Masalah scarring effect dari sisi trade dan health sehingga digitalisasi adalah satu poin untuk mengatasi scarring effect," ujarnya.
(cap/mij)