Internasional

Elon Musk Resah 'Resesi Seks' Serang Bumi, Ungkap Bahayanya

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Rabu, 08/12/2021 16:30 WIB
Foto: Elon Musk (AP/Susan Walsh)

Jakarta, CNBC Indonesia -  CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk ingin orang memiliki lebih banyak bayi. Miliarder teknologi itu mengatakan tingkat kelahiran yang rendah dan menurun dengan cepat adalah "salah satu risiko terbesar bagi peradaban".

"Tidak ada cukup orang. Saya tidak bisa cukup menekankan ini, tidak ada cukup orang," kata Musk di acara Wall Street Journal, Senin (6/12/2021), sebagaimana dikutip dari CNBC International, Rabu (7/12/2021).


Musk menambahkan bahwa terlalu banyak "orang baik dan pintar" yang berpikir bahwa ada terlalu banyak orang di dunia dan bahwa populasi tumbuh di luar kendali.

"Ini benar-benar kebalikannya," kata Musk, mendesak orang untuk melihat datanya. "Jika orang tidak memiliki lebih banyak anak, peradaban akan runtuh. Tandai kata-kataku."

Ketika ditanya apakah ini sebabnya dia memiliki begitu banyak anak, Musk mengatakan mencoba untuk memberikan contoh yang baik. Ayah dari enam anak ini menambahkan harus mempraktekkan apa yang dia bicarakan.

Sebelumnya, fenomena penurunan angka kelahiran dan kesuburan terjadi di banyak negara di dunia. Mulai dari wilayah Barat hingga Asia, dalam beberapa tahun terakhir.

Selain karena faktor ekonomi, Covid-19 dan perubahan iklim, 'resesi' seks juga jadi sebab lain. Istilah ini merujuk pada menurunnya mood pasangan untuk melakukan hubungan seksual, menikah dan punya anak.

Dalam sebuah penelitian terbaru Institute for Family Studies (IFS), jumlah anak muda di Amerika Serikat (AS) yang tidak berhubungan seks meningkat lebih dari dua kali lipat. Dari 8% menjadi 21%.

"Lebih banyak perempuan dari sebelumnya antara 18 dan 35 dilaporkan tidak berhubungan seks dalam satu tahun terakhir, dan 'ketidakbersamaan' telah meningkat terutama di antara mereka yang taat beragama," menurut penelitian tersebut, dikutip dari Daily Mail

Mengutip analisis politik ekonomi di CNBC International Jake Novak di 2019, resesi seks menurutnya bisa menjadi ancaman besar bagi PDB negara itu. Hal ini bisa menyebabkan menurunnya populasi dan bahkan perlambatan ekonomi.

Sebelumnya, merosotnya angka kelahiran juga terjadi di China. Di tahun 2020, Negeri Tirai Bambu itu bahkan mencatatkan angka kelahiran terendah dalam 43 tahun terakhir.

Keengganan muda-mudi China untuk menikah dan memiliki keluarga menjadi motor penurunan ini. Di China angka kelahiran sangat erat kaitannya dengan pernikahan, jarang sekali anak di luar pernikahan tercatat.

Sementara itu, India juga mengalami hal yang sama. Ini terkuak dari tingkat kesuburan dan Total Fertility Rate (TFR) negara itu yang dalam kondisi menurun.


(tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tesla Model "Y" Baru Meluncur Tapi Beri Diskon Besar-Besaran