80% Kamar Hotel di Bali Kini Kosong, Tahun Depan Bagaimana?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia resmi menjadi presidensi pertemuan G20 hingga pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022 mendatang. Saat ini sudah berlangsung Sherpa Track Meeting di Indonesia pada 7-8 Desember 2021 di Bali. Nantinya, Pulau Dewata juga bakal menggelar pertemuan Financial Track G20.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia Maulana Yusran mengungkapkan bahwa kegiatan G-20 bakal berdampak signifikan pada bisnis hotel di Bali. Ia memperkirakan bakal ada kenaikan okupansi lebih dari dua kali lipat sebagai dampak penyelenggaraan event ini.
"Untuk event G20 dilaporkan saat pertemuan Kadin sudah ada 700 yang daftar, ini akan berkembang, masih lama prosesnya. Itu belum media, nanti saat G20, government datang, seperti Presiden, CEO nggak mungkin sendirian. Misal mengundang media sebagai bahan promosi, kan cukup besar. Belum lagi peserta ini ada banyak pengawal, admin dan lainnya," sebutnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (8/11/21).
Di masa pandemi saat ini, hotel di Bali sedang dalam keadaan tidak baik. Ketika di waktu normal bisa menerima 5 hingga 6 juta wisatawan mancanegara setiap tahunnya, saat ini terbentur aturan karantina. Alhasil, dari 140 ribu kamar yang tersedia di Bali, okupansi hotel hanya berkisar 17% hingga 18%, alias 80% kamar hotel kosong.
"Paling nggak sampai 40% saja sudah bagus untuk survive. Lumayan besar untuk Year on Year ya. Bicara recovery yang utama mengandalkan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), domestik gimana tarik kegiatan MICE, internasional gimana menarik MICE. Karena impact ke leisure besar," ujar Maulana.
Dengan adanya event besar, maka sektor pariwisata di Bali bisa kembali hidup. MICE menjadi tulang punggung agar pariwisata bisa hidup, pasalnya jika hanya mengandalkan liburan masyarakat maka tidak begitu mengangkat.
"MICE satu-satunya cara, jumlahnya 70%, sementara leisure hanya 30%. MICE jadi trigger untuk meyakinkan pasar bahwa traveling aman sepanjang penerapan prokes, nggak kuat kalau hanya leisure, tapi gimana membuat konsep MICE baik dengan prokes dan mengubah persepsi publik sehingga trending domestik mengikuti," ungkap Maulana.
(hoi/hoi)