
Ada Bonus Demografi, Bagaimana Ekonomi RI Pasca-Pandemi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sinergi pemerintah Indonesia dengan stakeholder terkait menjadi hal penting dalam mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Indonesia pun diingatkan agar tidak mengulang kesalahan Amerika Serikat dalam upaya pemulihan ekonomi.
John W. Goodell is a Professor in the College of Business of The University of Akron mengatakan pemulihan ekonomi pasca-pandemi bukan hanya soal kebutuhan dana yang sangat besar. Namun bagaimana membuatnya efektif dan tepat sasaran. Menurutnya, pemerintah RI perlu memikirkan secara panjang dan tidak mengulang kesalahan yang dilakukan Amerika Serikat (AS).
"Amerika Serikat menggelontorkan banyak dana, tapi itu hanya sementara dan karena itu, stimulus ini berasa berlebihan. Seharusnya pemulihan itu jangka panjang, bukan hanya sementara," ungka Goodell dalam webinar yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, bedah buku: Road To Presidency G20, "The Economy Under Uncertainty", Kamis (2/12/2021).
Di sisi lain, Goodell mengapresiasi dana stimulus yang telah dikeluarkan pemerintah. Pasalnya, strategi ini juga penting untuk agar mencegah masyarakat masuk ke jurang kemiskinan lebih dalam lagi.
Dalam kesempatan yang sama, Charles Goodhart Emeritus, Professor of Banking and Finance London School of Economics dan penulis buku The Great Demographic Reversal: Ageing Societies mengatakan secara keseluruhan banyak negara cukup baik dalam penanggulangan Covid-19. Namun menurutnya, kesalahan beberapa negara menormalisasi kondisi secara drastis dan memaksanya kembali ke masa sebelum pandemi. Dia menilai seharusnya pemulihan dilakukan secara perlahan dan tidak terburu-buru.
"Normalisasi ini tidak bisa terlalu cepat dan juga terlalu lambat, misalnya seperti di Inggris yang memberi perhatian diberikan pada usaha kelas menengah, sehingga ada peningkatan pendapatan riil meski ada penurunan permintaan," ungkap Charles.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan Indonesia memiliki bonus demografi yang bisa menjadi kekuatan, apalagi 50% penduduk merupakan generasi milenial sebagai angkatan kerja aktif. Meski dia mengakui tidak mudah mengoptimalkan bonus demografi yang dimiliki.
"Kita bisa belajar dari negara lain bahwa kita harus fokus tentang bagaimana mengoptimalkan sumber daya alam yang kita miliki di sini. Selain itu mengoptimalkan sumber daya alam itu dan kemudian tenaga kerja juta yang banyak," kata dia.
Jika bisa memanfaatkan demografi dengan baik, maka ruang untuk pertumbuhan akan sangat besar. Apalagi dengan adanya transformasi teknologi dan peningkatan kualitas SDM untuk menarik investasi.
"Yang terpenting bagaimana mengembangkan ekonomi kita. Ketika Covid-19 Indonesia benar-benar mengambil kebijakan yang luar biasa. Tapi itu sama sekali tidak mudah. Tetapi ketika kita berhasil melakukan ini, tapi kita harus tetap berhati-hati," pungkas Wimboh.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OJK: Ekonomi Indonesia Berangsur Normal