Sebelum Bye Fosil, Saatnya Migas RI Dikuras Habis-habisan?
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia bersepakat untuk makin gencar mendorong transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) demi mencapai netral karbon. Pun demikian dengan Indonesia yang punya target netral karbon pada 2060 mendatang atau lebih cepat.
Menurut Wakil Ketua Komisi VII DPR Maman Abdurrahman, sebelum sampai ke netral karbon dan energi fosil ditinggalkan, saat ini menjadi momentum untuk bisa menguras minyak dan gas bumi (migas).
Dia mengatakan, bulan lalu dalam KTT Iklim COP26 di Glasgow, negara-negara di dunia bersepakat untuk mencapai net zero emission atau netral karbon. Indonesia menargetkan baru akan mencapai netral karbon tersebut pada 2060, yang artinya masih ada waktu 40 tahun lagi.
"Jangan sampai kita seperti orang bodoh, di depan ada makanan enak tapi gak bisa makan tapi kondisi lapar, jangan sampai 2060 melihat hidangan lezat gak bisa makan karena gak lagi fossil fuel," paparnya dalam '2nd International Convention Indonesian Upstream Oil and Gas 2021', Selasa (30/11/2021).
Logika sederhananya, menurut Maman adalah bagaimana di dalam sisa waktu ini semua minyak yang dimiliki RI dinikmati dan dihabiskan.
"Ke depan batu bara minyak bagaimana habisi, karena cepat atau lambat ini gak bisa dimakan, ini tantangan. Jadi salah satu bagian pemikiran saya di Komisi VII," lanjutnya.
Seperti diketahui, pemerintah punya target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Maman pun menyampaikan apresiasi mengenai target ini.
Dengan adanya target ini, produksi migas RI bakal digenjot terus dalam kurun waktu sekitar sembilan tahun ke depan. Apalagi, saat ini tren produksi migas RI malah turun.
"Saya apresiasi 1 juta bph dan 12 BSCFD, berarti 2030 SKK Migas dan pelaku industri capai 1 juta bph," lanjutnya.
Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengaku masih optimistis target-target ini bisa dicapai. Setidaknya, imbuhnya, ada empat strategi yang akan didorong SKK Migas untuk mencapai target ini.
Pertama, meningkatkan nilai aset yang ada. Beberapa langkah yang akan diambil yakni eksekusi dan penyelesaian program tepat waktu, termasuk percepatan investasi di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Rokan.
Lalu, eksekusi Program Filling the Gap (FTG), dan mengamankan program pengeboran pengembangan 2022 minimal di atas 600 sumur dan akan terus meningkat pada 2025 hingga 1.000 sumur.
"Karena pandemi tahun 2020 ngebor 240 sumur dan 2021 naik, di Work Plan and Budget (WPNB) 616 sumur, tapi ada persiapan di awal kurang matang di awal tahun, maka kira-kira 530-an (sumur)," ungkapnya dalam diskusi "Masa Depan Industri Hulu Migas Indonesia", Rabu (10/11/2021).
Kedua adalah transformasi sumber daya menjadi produksi, di antaranya menjadikan Reserves Replacement Ratio (RRR) di atas 100%, percepatan monetisasi temuan cadangan yang belum dikembangkan (undeveloped discovery), pemberian insentif untuk lapangan marjinal, dan strategi komersialisasi gas.
"Ketiga, enhanced oil recovery (EOR), sudah diidentifikasi lapangan-lapangan mana dan kita fokus di Rokan dan PEP. Dan terakhir adalah eksplorasi," jelasnya.
(wia)