Kisah Sulit Warga Bali Akses Air Bersih dengan Mudah & Murah
Jakarta, CNBC Indonesia - Kesan indah dan mewah selama ini lekat di benak setiap orang ketika mendengar nama Bali. Pulau yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata itu sangat terkenal karena memiliki keindahan alam serta berbagai destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Keindahan tersebut membuat Bali menjadi salah satu daerah favorit untuk dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri. Akan tetapi, di balik keindahan alam dan kekayaan budayanya, siapa sangka bahwa Bali masih menyimpan kisah sedih bagi sebagian warganya?
Kesedihan yang dimaksud berkaitan dengan fakta bahwa hingga kini masih ada warga Bali yang kesulitan mengakses air bersih. Kondisi tersebut menimpa warga Bali yang tinggal di beberapa desa, seperti Desa Wanagiri, Rendang, Penglumbaran, Tampaksiring, dan Tembeling.
Ada beberapa penyebab masyarakat di desa-desa itu masih sulit mengakses air bersih hingga kini. Faktor-faktor utama yang membuat kelangkaan terjadi adalah minimnya sumber air, dan sulitnya akses menuju daerah-daerah tersebut.
Salah satu cerita tentang kesulitan warga Bali mengakses air bersih disampaikan oleh Nyoman Widiada, tokoh masyarakat dari Desa Wanagiri. Kepada wartawan, Nyoman mengakui bahwa daerah tempat tinggalnya kerap kekurangan air bersih karena kendala akses.
"Kami ini tinggal di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.200 meter dari permukaan laut. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih kami harus memanfaatkan air dari Danau Buyan. Airnya kami tarik dengan mesin lempar dilakukan secara mandiri dan berkelompok dengan biaya masing-masing untuk membeli mesin pompa dan bensin. Mesin pompanya pun hanya bisa menarik air sejauh 400 meter," kata Nyoman.
Karena kendala tersebut, warga Desa Wanagiri selama ini memenuhi kebutuhan air bersih dengan memanfaatkan keberadaan Danau Buyan. Akan tetapi, pencarian air di Danau Buyan dilakukan bukan tanpa risiko. Masyarakat Desa Wanagiri harus menghadapi bahaya setiap hari karena akses menuju Danau Buyang melalui medan yang berat dan jauh.
Nyoman bercerita, akses dari desanya menuju Danau Buyan harus melalui gunung yang memiliki sudut kemiringan 80 derajat. Setelah sampai di lokasi tujuan, warga juga harus mengumpulkan banyak air untuk dibawa pulang dan digunakan minum, mandi, memasak, atau memenuhi kebutuhan pertanian dan peternakan.
"Karena jarak tempuh yang terlalu jauh dan medan berat, masyarakat akhirnya rela untuk membeli air galon setiap harinya dengan harga Rp12 ribu demi memenuhi kebutuhan air mereka. Kasihan juga melihatnya, tapi mau bagaimana lagi, daripada membahayakan mereka untuk setiap hari menjalani medan berat," ujar Nyoman.
Penurunan Air Tanah
Selain terkendala jarak dan geografis, kelangkaan air yang dialami warga beberapa desa di Bali juga terjadi karena adanya penurunan muka air tanah. Fenomena ini terjadi salah satunya di Desa Penglumbaran.
Menurut riset IDEP Foundation atau Yayasan IDEP Selaras Alam, muka air tanah di beberapa wilayah di Bali-terutama pada kawasan Bali Selatan-turun hingga lebih dari 50 meter dalam kurun 10 tahun terakhir. Hal ini menyebabkan warga di daerah terdampak semakin sulit mengakses air bersih. Akibatnya, banyak kegiatan masyarakat yang terganggu.
Kesulitan yang dialami sejumlah warga Bali tersebut mendorong Shopee, bersama Komando Daerah Militer (Kodam) IX Udayana, membangun pompa air untuk masyarakat di daerah-daerah terdampak. Pembangunan pompa yang menjadi bagian program "Shopee untuk Negeri" ini dilakukan pada Juli 2021 di lima desa terkait.
Penyediaan pompa air oleh Shopee dan Kodam IX Udayana membantu hampir 1.800 Kepala Keluarga untuk mengakses air bersih secara mudah dan murah. Program ini disambut gembira oleh masyarakat di lima desa tersebut.
"Masyarakat sangat bergembira dan berterima kasih dengan adanya pembangunan pompa air untuk mereka. Mereka merasa terbantu karena sekarang tidak perlu lagi kesusahan mendapatkan air bersih. Di sisi lain, dari segi ekonomi juga sangat terbantu karena tidak harus mengeluarkan uang untuk membeli air galon setiap hari. Pompa ini berhasil mencukupi kebutuhan air bersih untuk kurang lebih 70 kepala keluarga di Desa Wanagiri," katanya.
Nyoman-dan warga Bali lain-berharap ke depannya pompa dari Shopee dan Kodam IX Udayana bisa beroperasi tanpa kendala. Mereka berkomitmen menjaga pompa tersebut agar bisa terus mengaliri air bersih untuk warga.
"Pompa hidram ini harus terus dijaga dengan baik secara mandiri meskipun awalnya masih membutuhkan bantuan dari TNI untuk merawatnya. Terima kasih juga buat Shopee yang sudah bikin akses air bersih jadi mudah," kata Nyoman.
(rah/rah)