
Makin Pintar, Varian Delta Bikin Kemanjuran Vaksin Berkurang!

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona varian Delta membawa kabar buruk. Pasalnya mutasi virus SARS-CoV-2 ini dapat mengurangi efektivitas vaksin Covid-19, sebagaimana dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mencatat varian Delta yang lebih menular kini sangat dominan di seluruh dunia, memiliki semua kecuali varian lain dan strain asli.
"Data menunjukkan bahwa sebelum kedatangan varian Delta, vaksin mengurangi penularan sekitar 60%. Dengan Delta, itu turun menjadi sekitar 40%," kata Tedros dalam jumpa pers di Jenewa, Rabu (24/11/2021), sebagaimana dikutip oleh The Straits Times.
Laporan epidemiologi mingguan WHO memaparkan dari 845.000 urutan yang diunggah ke inisiatif sains global GISAID dengan spesimen yang dikumpulkan dalam 60 hari terakhir, 99,8% adalah varian Delta.
"Jika Anda divaksinasi, Anda memiliki risiko penyakit parah dan kematian yang jauh lebih rendah, tetapi Anda masih berisiko terinfeksi dan menulari orang lain," kata Tedros.
"Kami tidak dapat mengatakan ini dengan cukup jelas: bahkan jika Anda telah divaksinasi, terus lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah diri Anda terinfeksi, dan menginfeksi orang lain yang dapat meninggal."
Selain itu, Tedros juga menyebut tidak sedikit orang di dunia yang jatuh ke dalam 'rasa aman palsu' (false sense of security) setelah divaksinasi.
Dia memaparkan banyak orang yang sudah divaksinasi berpikir bahwa setelah disuntik mereka tidak perlu tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) seperti mengenakan masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak.
"Di banyak negara dan komunitas, kami khawatir tentang rasa aman palsu bahwa vaksin telah mengakhiri pandemi, dan bahwa orang yang divaksinasi tidak perlu mengambil tindakan pencegahan lainnya," katanya.
"Vaksin menyelamatkan nyawa, tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan," tambahnya.
'Rasa aman palsu' ini terjadi di banyak wilayah dunia, salah satunya terjadi di Eropa. Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan bahwa situasi pandemi di Eropa mengalami kemunduran karena adanya peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus infeksi dan rawat inap terkait Covid-19.
Eropa kembali menjadi pusat pandemi akibat varian Delta, penyerapan vaksin yang lambat di beberapa negara di blok tersebut, cuaca yang lebih dingin, serta pelonggaran pembatasan dan prokes yang mengendur.
Eropa mencatat lebih dari 2,4 juta kasus baru minggu lalu, naik 11% pada minggu sebelumnya. Di Jerman, infeksi naik 31%.
Hingga kini dunia mencatat total 259.881.780 kasus infeksi, dan 5.195.428 kematian, menurut data Worldometers.
(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gara-gara Ini Bos WHO Waswas, Dunia dalam Bahaya!
