Korea Minta Bantuan RI Gegara 'Kiamat' Kontainer, Sanggup?

News - Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
24 November 2021 16:55
Pekerja melakukan pendataan bongkar muat kontainer peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid - 19 dinilai lebih cepat dari yang diekspektasi banyak pihak. Sehingga produksi dan perdagangan melonjak signifikan yang membuat ketidakseimbangan pasar, yang berimbas pada kekurangan bahan baku dan kelangkaan kontainer.. (CNBC Indonesia/ Muhammad Tri Susilo) Foto: Aktivitas Bongkar Muat Kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Korea Selatan meminta Indonesia mengirimkan bahan kimia urea untuk kebutuhan industri. Ini sebagai salah satu penyebab permasalahan rantai pasok global karena kelangkaan kontainer yang berimbas pada pasokan barang.

Hanya saja yang menjadi masalah saat ini banyak petani yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan pupuk urea baik subsidi dan non subsidi. Seperti yang dijelaskan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Tebu Republik Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikun yang sering menggunakan pupuk jenis Za, Urea, Ponskha.

"Harga pupuk subsidi tetap, tapi petani tebu sulit mendapatkan karena tidak ada kuota. Maka supaya tanaman tetap berkembang, kita menggunakan pupuk non subsidi. Ini pun tidak mudah diperoleh, kalau ada harganya tiga kali lipat harga pupuk subsidi," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (24/11/2021).

Begitu juga dari sektor kelapa sawit, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono, mengatakan harga pupuk juga melonjak tajam sehingga mengganggu produksi tahun depan.

"Kita ada masalah pada pengadaan pupuk, harganya luar biasa naik hampir 100%, ini mungkin mengganggu pemupukan ditingkat petani," kata Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono, dalam konferensi pers, Rabu (17/11/2021).

Saat ini Kementerian Pertanian menyediakan alokasi pupuk subsidi mencapai 9 juta ton. Sementara data kebutuhan pupuk di Indonesia bisa mencapai 23 juta juta ton per tahun. Artinya penerima pupuk subsidi memang terbatas dan tidak semua bisa terpenuhi.

"Kalau dilihat dari pengajuan daerah total kebutuhan pupuk di Indonesia mencapai 23 juta ton per tahun. Tentu tidak mungkin bisa dipenuhi dengan anggaran terbatas," kata Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Sarwo Edhy, dalam keterangan.

Untuk diketahui rencana ekspor Urea ke Korea Selatan terlontar dari Menteri BUMN Erick Thohir, dalam webinar dalam webinar Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi, Selasa (23/11/2021).

"Kontainer ini sangat kekurangan, Saya baru saja rapat dengan dubes Korea Selatan kemarin, untuk pertama kali Korea kekurangan Urea untuk industri. Minta kita ekspor ke sana," kata Erick.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Krisis Kontainer, Acak-Acak Stok Mainan Anak di Dunia!


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading