Sederet 'Ancaman' Ekonomi RI di 2022, Tapering Hingga Corona

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
24 November 2021 14:27
Pekerja melakukan pendataan bongkar muat kontainer peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid - 19 dinilai lebih cepat dari yang diekspektasi banyak pihak. Sehingga produksi dan perdagangan melonjak signifikan yang membuat ketidakseimbangan pasar, yang berimbas pada kekurangan bahan baku dan kelangkaan kontainer.. (CNBC Indonesia/ Muhammad Tri Susilo)
Foto: Aktivitas bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tantangan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan masih berat, meski sudah diprediksi dapat tumbuh 5%-5,5%. Ini karena ketidakpastian pandemi hingga sentimen global masih menghantui.

Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, meski situasi pandemi sudah membaik di dalam negeri, namun bukan berarti tidak ada tantangan.

"Masih ada ancaman serius mulai dari gelombang ketiga Covid-19, tingginya pembatasan mobilitas atau PPKM, tantangan bersifat dari luar seperti rencana tapering off, lalu dampak perekonomian China dan India serta semua mitra dagang Indonesia," katanya dalam webinar Indef, Rabu (24/11/2021).



Dari data Kementerian Perdagangan (Kemendag), asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan berada pada 5%-5,5%, dengan pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi maupun ekspor-impor.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag Kasan mengatakan, konsumsi rumah tangga dan ekspor impor diharapkan masih menjadi penopang pada tahun depan. Namun, satu hal yang perlu dilihat adalah prediksi ekspor-impor pada akhir tahun ini diperkirakan mencapai US$ 200 miliar mendekati level tertinggi US$ 203 miliar per 2011.

"Proyeksi pertumbuhan tahun depan tergantung dari faktor internal maupun eksternal," ujarnya.

Isu yang menjadi sorotan dalam perubahan iklim, carbon trade, juga perlu diwaspadai. Selain itu ada juga hambatan tarif khususnya dari negara Eropa yang menginginkan produk yang ramah lingkungan. Begitu juga dengan isu kelangkaan kontainer skala global yang memengaruhi kinerja ekspor-impor pada tahun depan.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Duka, Ekonom Senior INDEF Enny Sri Hartati Tutup Usia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular