
Covid Belum Tuntas di 2022? Sri Mulyani Siapkan 'Jurus' Jitu

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengambil ancang-ancang, menyiapkan 'jurus jitu' untuk perekonomian tanah air, jika pandemi Covid-19 tidak juga mereda.
Sri Mulyani mengungkapkan, pemulihan ekonomi mulai dirasakan sesudah posisi terburuk karena virus corona varian Delta pada Juli-Agustus 2021.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, pada saat varian kasus Covid-19 memuncak dengan varian delta, aktivitas ekonomi kembali diketatkan dan membuat pertumbuhan ekonomi turun drastis, dari 7,07% (year on year/yoy) pada Kuartal II-2021 menjadi 3,51% (yoy) pada Kuartal III-2021.
Pada Kuartal IV-2021, Sri Mulyani mengungkapkan akan kembali terjadi akselerasi. Bahkan dalam jangka menengah dan panjang, pertumbuhan ekonomi bisa kembali mencapai level 5% hingga 6%.
Tahun 2022 hingga 2025, strategi pertumbuhan ekonomi yang akan ditempuh pemerintah adalah hidup bersama endemi atau living with endemic.
Hal tersebut dipresentasikan langsung oleh Sri Mulyani dalam Kongres Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) tahun 2021, Selasa (23/11/2021).
"Strategi ke depan (2022-2025) tentu harus siap hidup dengan endemi covid ini dan menggunakan momentum krisis untuk reformasi dan memperkuat pondasi ekonomi kita," tuturnya.
"Sehingga kita makin mampu menghadapi berbagai guncangan, bukan hanya Covid-19, tapi ada climate change dan dinamika global yang tidak semakin mudah," tuturnya lagi.
Selain hidup bersama endemi Covid-19 di tahun depan hingga 2025, strategi lainnya yang akan ditempuh pemerintah diantaranya reformasi program perlindungan sosial (termasuk perbaikan basis data yang akurat), pembangunan infrastruktur (termasuk infrastruktur digital dan konektivitas).
Strategi lainnya yang juga akan ditempuh untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 6% pada 2022-2025, yaitu pemanfaatan dinamika geopolitik dan perubahan peta perdagangan dunia, serta penguatan reformasi struktural mendorong produktivitas dan daya saing investasi.
Sri Mulyani juga merinci bukti bahwa ekonomi tengah mengalami perbaikan. Misalnya, dibandingkan Oktober tahun lalu, pendapatan negara anjlok atau -15,3% dari sisi pajak, yang hanya mencapai Rp 826,9 triliun. Kemudian Oktober 2022 penerimaan pajak sudah naik ke angka Rp 953,6 triliun atau naik 15,3%.
"Ini merupakan rebound recovery yang sangat kuat. Kalau kita di bea dan cukai tidak mengalami kontraksi," tuturnya.
Dari sisi bea cukai, negara berhasil mengumpulkan Rp 205,8 triliun atau tumbuh 25,5% dibandingkan Oktober 2020, yang hanya mencapai Rp 164 triliun.
Kemudian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), sampai dengan Oktober 2021 berhasil terkumpul sebanyak Rp 349,2 triliun atau tumbuh di atas 25% dari Oktober 2020 yang hanya mencapai Rp 278 triliun.
Kemudian, dari sisi belanja negara disebut masih relatif tidak mengalami kenaikan signifikan. Belanja negara hingga Oktober 2021 mencapai Rp 2.059 triliun, periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2.041 triliun.
"Jadi kalau kita lihat 2021 pendapatan negara cerita mengenai pemulihan ekonomi recovery dan rebound. Namun pekerjaan belum selesai, kita masih sedang dalam pemulihan ekonomi," tuturnya.