'Perang Bharatayudha' OPEC vs Amerika Dkk! Siapa Menang?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 November 2021 08:40
Infografis/Biden Buat 'Avengers', Serbu Harga Minyak/Aristya rahadian
Foto: Infografis/Biden Buat 'Avengers', Serbu Harga Minyak/Aristya rahadian

Saat Donald Trump memimpin, AS berhasil menekan OPEC+ untuk memangkas produksi ketika harga jatuh dan mengancam menghancurkan industri minyak AS pada tahun lalu. Saat itu OPEC+ sepakat memotong produksi sekitar 10 juta barel per hari.  

Sekarang, permintaan minyak telah pulih lebih cepat dari perkiraan karena ekonomi dunia yang mulai bangkit dan mobilitas masyarakat yang kembali normal. Sejak akhir 2020 year-to-date (ytd), harga brent dan light sweet meroket masing-masing 58,61% dan 61,62%.

"OPEC+ tetap tuli terhadap tekanan politik untuk mempercepat peningkatan pasokan," kata Energy Aspects.

Sikap keras OPEC+ terhadap produksi minyak, membuat Biden memilih untuk merilis cadangan minyak strategisnya. Biden juga meminta China, India, Korea Selatan dan Jepang melakukan hal yang sama dengan terkoordinasi.

Namun langkah itu tak mulus karena mandat IEA bahwa cadangan harus dikeluarkan untuk mengatasi guncangan seperti perang atau badai, bukan untuk mendinginkan harga.

"Rilis (cadangan minyak) hanya akan memberikan perbaikan jangka pendek untuk defisit struktural dan akan menciptakan risiko kenaikan yang jelas untuk perkiraan harga 2022 kami," tulis Goldman Sachs.

Masalah yang lebih fundamental adalah investasi di produksi minyak yang terhambat oleh kekhawatiran lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) serta kekhawatiran tentang pemanasan global. Bank sebagai sumber pendanaan pun memberikan pinjaman dengan bunga lebih tinggi untuk minyak dibandingkan proyek energi hijau.

"Kerusakan investor akibat kehancuran modal produsen minyak selama tujuh tahun terakhir kini diperparah dengan alokasi (dana ke) ESG," kata Goldman.

Halaman Selanjutnya --> Target Tidak Kena, Minyak Masih Bullish

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular