Inflasi Singapura Catat Rekor Tertinggi dalam 3 Tahun!
Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi inti Singapura pada Oktober 2021 naik ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun terakhir. Kenaikan tertinggi dalam kurun waktu hampir tiga tahun ini dipicu oleh melonjaknya harga makanan dan jasa.
Dikutip dari Channel News Asia (CNA), data resmi yang dirilis Selasa (23/11/2021) menunjukkan inflasi inti Singapura, tidak termasuk biaya akomodasi dan transportasi pribadi, naik menjadi 1,5% secara tahunan atau year-on-year (yoy), meningkat dari 1,2% pada September.
Sementara indeks harga konsumen utama, atau inflasi keseluruhan, melonjak menjadi 3,2% yoy pada Oktober, naik dari 2,5% pada bulan sebelumnya.
Sementara jajak pendapat Reuters dari para ekonom sempat memperkirakan peningkatan inflasi inti sebesar 1,3% dan perkiraan inflasi keseluruhan sebesar 2,8%.
Otoritas Moneter Singapura (MAS) dan Kementerian Perdagangan dan Industri (MTI) mengatakan, kenaikan tersebut mencerminkan inflasi transportasi dan akomodasi swasta yang lebih kuat, di atas inflasi inti yang lebih tinggi.
Inflasi makanan naik menjadi 1,7% pada Oktober, naik dari 1,6% pada September. Hal ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan tidak dimasak, dengan inflasi makanan jadi sebagian besar datar.
Inflasi yang lebih tinggi untuk tiket pesawat dan biaya liburan menyebabkan peningkatan laju inflasi jasa, dari 1,2% pada September menjadi 1,6% per Oktober. Biaya kuliah dan biaya lainnya, serta harga layanan rekreasi dan budaya, juga mengalami kenaikan yang lebih besar.
Harga mobil, yang dipengaruhi oleh kenaikan premi COE, mengalami kenaikan yang kuat, yang menyebabkan kenaikan tajam dalam biaya transportasi pribadi. Inflasi dalam kategori ini melonjak menjadi 14,3% yoy per Oktober, dibandingkan 10,8% bulan sebelumnya.
Sewa perumahan juga naik, yang berdampak pada inflasi akomodasi, dari 1,9% per September menjadi 2,5% per Oktober.
MAS dan MTI memproyeksikan peningkatan inflasi inti yang stabil di triwulan mendatang karena meningkatnya biaya impor dan tenaga kerja, ditambah dengan pemulihan aktivitas ekonomi domestik.
Proyeksi inflasi inti pada tahun 2021 secara keseluruhan tetap tidak berubah, mendekati batas atas kisaran perkiraan 0 hingga 1% tahun ini, dengan peningkatan lebih lanjut menjadi 1-2% pada 2022.
Inflasi keseluruhan diperkirakan akan mencapai sekitar 2% tahun ini dan rata-rata 1,5-2,5% tahun depan.
"Di tengah keterlambatan konstruksi, inflasi akomodasi harus tetap kuat dan terus mendukung inflasi IHK-Semua Barang pada 2022," kata MAS dan MTI.
Inflasi transportasi swasta diproyeksikan "moderat" tahun depan, sebab pihak berwenang memperkirakan laju kenaikan yang lebih lambat dalam premi COE dan biaya bensin.
"Prospek inflasi global tetap tidak berubah dari bulan sebelumnya, dengan inflasi tetap tinggi dan kemungkinan akan bertahan untuk beberapa waktu", kata MAS dan MTI.
"Terutama, kenaikan harga minyak mentah didukung oleh kondisi pasokan yang ketat, serta penguatan permintaan. Ketidaksesuaian pasokan-permintaan di berbagai pasar komoditas dan barang, serta kemacetan dalam transportasi global, kemungkinan akan berlanjut dalam waktu dekat," tutupnya.
(tfa/tfa)