RI Bergantung Bahan Baku Impor dari China, Ini Bahayanya!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
Sabtu, 20/11/2021 19:45 WIB
Foto: Pembuatan Sepatu. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih bergantung pada bahan baku dari China. Namun ke depan harga produk-produk yang menjadi kebutuhan produksi diprediksi bakal melonjak, sehingga Indonesia harus swasembada diberbagai sektor industri.

Wakil Ketua Bidang Manufaktur Gabungan Pengusaha Ekspor Impor (GPEI) Bob Azam menjelaskan faktor perubahan tren penggunaan energi bersih yang mengakibatkan harga bahan baku dari China melonjak.

"Ke depan mungkin nggak bisa murah lagi, karena China mereka harus konversi sumber energi dari batu bara ke energi bersih. Jadi ada kemungkinan harga bahan baku naik," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Sabtu (20/11/2021).


Menurut Bob pengusaha global tentu sudah melihat hal ini. Sehingga pemindahan lokasi pabrik bahan baku akan banyak dilakukan, yang diharapkan masuk ke Indonesia.

"Indonesia harus bersolek supaya relokasi cepat. Dengan adanya Undang-Undang Ciptakerja dan perjanjian dagang RCEP bisa optimal. Ditambah peningkatan kualitas SDM yang produktif dan menggunakan teknologi," katanya.

Bob menjelaskan permasalahan logistik juga nantinya akan berangsur membaik, tinggal masalah waktu perdagangan global kembali seimbang. Sehingga ongkos logistik kembali normal.

Selain itu dia meminta pemerintah terus monitor penerapan Undang-Undang Ciptakerja supaya lebih optimal bagi investor. Penyiapan sumber daya manusia, teknologi, kesediaan energi, hingga ongkos logistik dalam negeri juga masih harus diperbaiki.

"Pungli juga harus diperangi," katanya.

Saat ini masih banyak industri dalam negeri yang masih tergantung bahan baku dari China. Mulai dari alas kaki, kimia, farmasi, hingga otomotif, karena bahan baku dari negeri panda dinilai skala ekonomi yang besar hingga banyak varian.


(hoi/hoi)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tolak Usulan BMAD Benang, API Apersiasi Pemerintah