Jokowi Was-Was Kontainer Langka, Ternyata Ini Maksudnya!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
18 November 2021 17:05
Sejumlah truk bongkar muat melintas di kawasan Tj Priok, Jakarta, Jumat, 11/6. Praktik pungutan liar (pungli) hingga saat ini masih merajalela di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Seperti pengakuan beberapa supir kepada Presiden Joko Widodo, Kamis (11/6/2021), saat kunjungan ke pelabuhan utama Indonesia ini kemarin.
Para pekerja kerah biru ini mengeluhkan, bukan terkait masalah beratnya pekerjaan yang digelutinya, melainkan aksi premanisme juga pungutan liar yang kerap terjadi. Dia berharap, pihak aparat bisa lebih memperketat pengamanan area pelabuhan. Selain itu, pihaknya juga berharap ada transparansi biaya pelabuhan untuk semua aktivitas.

Dari dialog yang dilakukan supir truk dengan Presiden Joko Widodo kemarin, praktik premanisme terjadi saat keadaan jalan sedang macet di mana preman naik ke atas truk, lalu menodongkan celurit kepada supir untuk dimintai uang.

Adapun pungli terjadi di sejumlah depo. Pengemudi truk dimintai uang Rp 5.000 - Rp 15.000 supaya bongkar muat bisa lebih dipercepat pengerjaannya. Jika tidak dibayar, maka pengerjaan bongkar muat akan diperlambat. Hal ini terjadi di Depo PT Greating Fortune Container dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta. 
Pantauan CNBC Indonesia dilapangan saat di kawasan JICT tampak jarang hampir tak terlihat himbauan banner stop pungli diarea tempat keluarnya truk.

Suasana dipinggir jalan kawasan Tj Priok arah Cilincing juga tak terlihat para kenek parkir di pinggir jalan semenjak ramenya kasus pungli.
Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Persoalan rantai pasok global masih menjadi permasalahan serius bagi dunia industri saat ini. Bahkan Presiden Joko Widodo juga menyebut salah satu kendalanya adalah krisis kontainer yang dialami seluruh dunia.

"Kesulitan kontainer semua ini karena disrupsi yang memang mengacaukan kompleksitasnya, bahkan semakin bertambah," katanya dalam CEO Forum Kompas 100, Kamis (18/11/2021).

Jokowi mengatakan dunia berada pada posisi keraguan yang tinggi, berbagai krisis bermunculan, mulai dari perubahan iklim yang memicu krisis pangan, hingga situasi inflasi global. Hal ini membuat banyak negara kebingungan, terutama yang bergantung pada negara maju.

Imbas perdagangan global tidak seimbang, membuat aktivitas ekspor - impor berfluktuasi naik dan turun. Hal ini yang membuat permintaan angkutan kargo atau freight tidak menentu, sehingga muncul krisis kontainer.

Kelangkaan kontainer tidak bisa diartikan secara harfiah. Tapi dapat dipahami imbas dari aktivitas ekspor-impor banyak negara turun, membuat jadwal kapal angkut semakin sedikit.

Kondisi yang sudah terjadi dari tahun lalu ini membuat pengusaha sulit mendapat ruang kontainer, dimana membuat harga ongkos angkut melambung sampai 1.000% untuk tujuan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat.

Ini adalah permasalahan global yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah. Terlebih shipping line antar benua ini dikuasai segelintir perusahaan asing. Sehingga Indonesia hanya menjadi pengguna saja.

Bahkan Menteri Perdagangan Lutfi juga mengaku kesulitan dalam mengatasi hal ini. Padahal Indonesia sedang mengalami peningkatan permintaan ekspor.

"Freight antara Indonesia ke Eropa atau Amerika itu naik lima kali lipat," katanya (30/9/2021).

Koordinator Wakil Ketua Umum IV Kadin Indonesia, Carmelita Hartoto mengatakan kelangkaan kontainer ini sangat memberatkan eksportir, peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk bernegosiasi dengan operator pelayaran luar negeri.

"Kami harapkan pemerintah bicara kepada owner MLO (Main Line Operator), kalo bicara dari sisi sini head office nya di negara masing-masing," katanya.

Meski saat ini perusahaan MLO itu sudah membantu dari penyediaan ruang 1.000 kontainer untuk furniture. 3.200 kontainer yang disiapkan untuk industri makanan dan minuman.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Kabar Baik! Kelangkaan Kontainer Eksportir Bakal Berakhir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular