Internasional

Sstt.. Diam-diam Bill Gates Bangun Reaktor Nuklir di Sini

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
Kamis, 18/11/2021 10:05 WIB
Foto: REUTERS/Hannah McKay

Jakarta, CNBC Indonesia - Miliarder William Henry Gates III atau Bill Gates akan membangun reaktor nuklir canggih pertamanya di kota batu bara Kemmerer, negara bagian Wyoming, Amerika Serikat (AS). Pembangunan ini dilakukan melalui perusahaan rintisan (startup) TerraPower miliknya.

CEO TerraPower Chris Levesque mengatakan pembangunan pabrik akan menjadi ladang pekerjaan bagi Kemmerer, yang membutuhkan setidaknya 2.000 pekerja. Tidak hanya itu, rencana ini juga akan menyediakan lapangan kerja "energi bersih baru" ke wilayah yang didominasi oleh industri batu bara dan gas.


"Ini adalah hibah pemerintah yang sangat serius. Ini perlu, saya harus menyebutkan, karena pemerintah AS dan industri nuklir AS tertinggal," kata Levesque, dikutip dari CNBC International, Kamis (18/11/2021).

"China dan Rusia terus membangun pabrik baru dengan teknologi canggih seperti kami, dan mereka berusaha mengekspor pabrik tersebut ke banyak negara lain di seluruh dunia ... Jadi pemerintah AS khawatir bahwa AS belum bergerak maju dengan cara ini."

Saat ini, pembangkit listrik lokal, tambang batu bara, dan pabrik pemrosesan gas alam menyediakan lebih dari 400 pekerjaan. Jumlah itu cukup besar untuk wilayah yang hanya memiliki sekitar 3.000 penduduk.

Setelah dibangun, pembangkit tersebut akan menyediakan beban dasar sebesar 345 megawatt, dengan potensi untuk meningkatkan kapasitasnya menjadi 500 megawatt. Pembangkit ini harus menyediakan listrik selama 60 tahun setelah mulai dioperasi.

Menurut aturan praktis Gates dalam buku terbarunya, "How to Avoid Bencana Iklim", 1 gigawatt atau 1.000 megawatt energi akan memberi daya pada kota menengah sementara kota kecil dapat beroperasi dengan 1 megawatt. AS menggunakan 1.000 gigawatt dan dunia membutuhkan 5.000 gigawatt.

Pembangunan pembangkit tersebut akan menelan biaya sekitar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 56,9 triliun (asumsi Rp 14.230/US$). Setengah dari uang itu berasal dari TerraPower dan setengah lainnya dari Program Demonstrasi Reaktor Tingkat Lanjut Departemen Energi AS.

Levesque mengatakan TerraPower memilih lokasi adalah masalah faktor geologis dan teknis seperti kondisi seismik dan tanah, serta dukungan masyarakat. Kota Kemmerer memenuhi kriteria tersebut.

Pabrik Kemmerer sendiri akan menjadi yang pertama menggunakan desain nuklir canggih Natrium, yang dikembangkan oleh TerraPower dengan GE-Hitachi. Tanaman natrium menggunakan natrium cair sebagai zat pendingin, bukan air.

Natrium memiliki titik didih yang lebih tinggi dan dapat menyerap lebih banyak panas daripada air. Artinya tekanan tinggi tidak terbentuk di dalam reaktor, sehingga mengurangi risiko ledakan.

Selain itu, pabrik Natrium tidak memerlukan sumber energi dari luar untuk mengoperasikan sistem pendinginnya, yang dapat menjadi kerentanan jika terjadi pemadaman darurat. Ini berkontribusi pada bencana 2011 di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi di Jepang, ketika tsunami mematikan generator diesel yang menjalankan sistem pendingin cadangannya, membuat kehancuran dan pelepasan bahan radioaktif.

Pabrik Natrium juga dapat menyimpan panas dalam tangki garam cair, menghemat energi untuk digunakan nanti seperti baterai dan memungkinkan pabrik untuk meningkatkan kapasitasnya dari 345 menjadi 500 megawatt selama lima jam. Pembangkit tersebut juga lebih kecil dari pembangkit listrik tenaga nuklir konvensional, yang seharusnya membuatnya lebih cepat dan lebih murah untuk dibangun daripada pembangkit listrik konvensional.

TerraPower bertujuan untuk menurunkan biaya pembangkitnya menjadi US$ 1 miliar, seperempat dari anggaran untuk pembangunan pertama di Kemmerer. Akhirnya, pabrik Natrium nantinya akan menghasilkan lebih sedikit limbah, produk sampingan yang bermasalah dan berbahaya dari fisi nuklir.


(tfa/tfa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Di Tengah Transisi EBT, Batu Bara Tetap Jadi Andalan