Kilang Gak Nambah, Impor BBM RI Bisa Sampai 800 Ribu Barel

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
16 November 2021 19:00
Kilang
Foto: Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong percepatan pembangunan kilang Bahan Bakar Minyak (BBM) baru demi menekan impor. Namun, hingga kini pembangunan kilang baru belum kunjung terealisasi, hanya beberapa masih dalam tahap konstruksi dan pembersihan lahan, seperti Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur dan kilang baru Tuban, Jawa Timur.

Jika RI tidak menambah kapasitas kilang, maka tahun 2030 diproyeksikan masih akan impor BBM hingga sekitar 830 ribu barel per hari (bph).

Djoko Priyono, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Subholding Refinery and Petrochemical Pertamina, mengatakan potensi impor tersebut dengan melihat tren permintaan bahan bakar yang diperkirakan akan meningkat hingga 2030.

Dia mengatakan, permintaan untuk BBM, baik bensin, diesel, dan avtur akan meningkat sekitar 3% per tahun, sehingga pada 2030 diperkirakan kebutuhan BBM mencapai sekitar 1,5 juta bph. Sementara bila tidak ada tambahan kilang baru, maka kapasitas produksi BBM masih akan tetap seperti sekarang sekitar 729 ribu bph.

"Kita melihat tren kebutuhan BBM sampai 2030 produk avtur, gasoil, dan gasoline diperkirakan sekitar 1,5 juta bph dan saat ini kapasitas kilang 729 ribu bph, jadi ada gap 830 ribu bph," ungkapnya dalam webinar E2S, Selasa (16/11/2021).

Untuk memenuhi kebutuhan BBM, imbuhnya, perseroan tengah mengerjakan sejumlah proyek kilang baru dan kilang ekspansi atau Refinery Development Master Plan (RDMP).

Dia mengatakan, sebelum 2020 perseroan masih mengimpor Solar atau diesel, namun dengan adanya program biodiesel, maka kini perseroan sudah tidak mengimpor diesel lagi.

Pun demikian dengan produk avtur. Dia mengatakan, saat ini avtur juga sudah berhasil diproduksi sendiri oleh Pertamina, sehingga tak diimpor lagi. Dengan demikian, proyek RDMP ke depannya akan difokuskan untuk menekan impor bensin.

"Sehingga update RDMP fokus gasoline, pertaseries, sampai 2030 masih ada gap, sehingga pengembangan kilang di lokasi RU II Dumai, RU III, RU IV, RU V, dan RU VI fokus pada (produksi) gasoline pertaseries," jelasnya.

Selain mendorong peningkatan produksi BBM, menurutnya Pertamina juga akan meningkatkan kualitas dari mulanya BBM dengan standar Euro 2 menjadi standar Euro 5.

Kemudian, inisiatif lainnya adalah membangun kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR) seperti di Tuban yang nantinya akan terintegrasi dengan petrokimia.

"Kapasitas 300 ribu bph yang crude processing, maka diintegrasikan dengan petrochem 1.078 kilo ton per tahun. Sehingga GRR Tuban bisa produksi 30% kebutuhan petrochem di Indonesia," tuturnya.

Berikut perkiraan permintaan bensin, diesel, dan avtur sepanjang 2021-2030:

1. Bensin:
- Tahun 2021 sebesar 586 ribu bph
- Tahun 2022 sebesar 670 ribu bph
- Tahun 2023 sebesar 690 ribu bph
- Tahun 2024 sebesar 710 ribu bph
- Tahun 2025 sebesar 730 ribu bph
- Tahun 2026 sebesar 749 ribu bph
- Tahun 2027 sebesar 766 ribu bph
- Tahun 2028 sebesar 781 ribu bph
- Tahun 2029 sebesar 794 ribu bph
- Tahun 2030 sebesar 804 ribu bph.

2. Diesel:
- Tahun 2021 sebesar 517 ribu bph
- Tahun 2022 sebesar 581 ribu bph
- Tahun 2023 sebesar 587 ribu bph
- Tahun 2024 sebesar 593 ribu bph
- Tahun 2025 sebesar 599 ribu bph
- Tahun 2026 sebesar 606 ribu bph
- Tahun 2027 sebesar 613 ribu bph
- Tahun 2028 sebesar 620 ribu bph
- Tahun 2029 sebesar 626 ribu bph
- Tahun 2030 sebesar 633 ribu bph.

3. Avtur:
- Tahun 2021 sebesar 76 ribu bph
- Tahun 2022 sebesar 84 ribu bph
- Tahun 2023 sebesar 97 ribu bph
- Tahun 2024 sebesar 100 ribu bph
- Tahun 2025 sebesar 104 ribu bph
- Tahun 2026 sebesar 107 ribu bph
- Tahun 2027 sebesar 111 ribu bph
- Tahun 2028 sebesar 115 ribu bph
- Tahun 2029 sebesar 118 ribu bph
- Tahun 2030 sebesar 122 ribu bph.

Petrokimia:

Sementara petrokimia, Djoko mengatakan, akan ada tren kenaikan 5% per tahunnya dan pada 2030 diperkirakan permintaan petrokimia akan naik menjadi 7,65 juta ton per tahun dari tahun ini sekitar 4,86 juta ton, termasuk polypropylene (PP), polyethylene (PE), dan paraxylene (Px), benzene (Bz).

Sementara kapasitas produksi petrokimia dari kilang Pertamina saat ini hanya sekitar 1,66 juta ton per tahun.

"Petrochemical produk kenaikan 5% per tahun di mana nanti 2030 7.646 kilo ton, dan saat ini Pertamina produksi 1.660 kilo ton," jelasnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Kejar Proyek Ekspansi Kilang Balikpapan Tuntas 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular