Bos Kilang Pertamina Bicara Efek Transisi Energi Fosil ke EBT
Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia saat ini sedang berbondong-bondong meninggalkan pemakaian energi fosil menuju Energi Baru Terbarukan (EBT). Bagaimana respons Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Djoko Priyono terkait hal itu?
Menurut dia, saat ini Pertamina mengelola enam kilang di mana kapasitas produksi saat ini baru mencapai 1 juta barel per hari. Selain itu, ada juga beberapa produk petrokimia yang dihasilkan.
Kendati ada transisi ke EBT, energi fosil diprediksi masih akan dibutuhkan.
"Kalau kita lihat, tren kebutuhan BBM sampai 2030 kita melihat fuel product avtur, gas, oil, dan gasoline diperkirakan 1,5 juta bph," ungkapnya dalam webinar E2S, Selasa, (16/11/2021).
Lebih lanjut, dia mengatakan saat ini di kapasitas produksi kilang eksisting baru 729 ribu bph. Itu artinya, kata Djoko, masih ada gap sekitar 830 ribu bph.
Menurut dia, permintaan dari komoditas produk petrokimia termasuk polypropylene (PP), polyethylene (PE), paraxylene (Px), dan benzene (Bz) diproyeksikan akan meningkat sekitar 5% di tahun 2030 dan mencapai 7.646 kilo ton.
"Saat ini Pertamina memproduksi 1.660 kilo ton," jelasnya.
Dengan proyeksi peningkatan pada produk petrokimia, maka masih ada gap 5.968 kilo ton per tahun. Ini menjadi fokus Pertamina bagaimana bisa menutup gap ini.
"Bagaimana melakukan closing gap ini dan transisi energi," lanjutnya.
(miq/miq)