Hancur Parah, Bisnis Minuman Beralkohol Berdarah-Darah Corona
Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis dam industri minuman beralkohol (minol) menghadapi tekanan kuat selama pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan ambrolnya tren aktivitas pariwisata. Kalangan pengusaha minol menilai kedua sektor itu saling berkaitan sehingga dampaknya sangat terasa.
"Pariwisata turun tajam semenjak pandemi, kita juga sama menurun sampai 60%. Industri pariwisata kan pleasure dan entertainment yang saat pandemi dilarang, jadi industri kami terkena parah," Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Impor (APIDMI) Ipung Nimpuno kepada CNBC Indonesia, Senin (15/11/21).
APIDMI terdiri dari belasan anggota perusahaan importir minuman beralkohol. Selama ini, pasar yang menjadi segmen minol impor memang sedikit, yakni hanya sekitar 5% untuk pasar Indonesia. Pasalnya, harga minol di segmen ini lebih mahal berkali-kali lipat, bahkan ada yang mencapai 4-5x lipat. Namun, keberadaan alkohol ini banyak di tempat pariwisata strategis.
"Bali di Kuta sepi, teman-teman industri kami itu otomatis sangat suffering terdampak pandemi covid. Biasanya impor 100%, sekarang kita cuma 40% nya saja," sebut Ipung.
Meski angkanya saat ini kecil, namun ada potensi membesar ketika menghadapi akhir tahun, dimana biasanya pariwisata bergeliat. Selain itu, di awal tahun juga bisa jadi makin membesar setelah beberapa lokasi hiburan seperti karaoke sudah dibuka. Namun, Ipung melihat kenaikannya tidak bakal signifikan.
"Perkiraan bisa naik 10%-20%, tadinya drop 60%-70% bisa bertahan mungkin 50% tapi masih jauh di bawah kondisi normal," sebutnya.
(hoi/hoi)