
Situasi Gawat! Erdogan Larang Warga Suriah-Irak ke Belarus

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki melarang warga Suriah, Yaman dan Irak melakukan penerbangan ke Minsk, ibu kota negara Belarus. Padahal ini adalah rute utama yang digunakan Belarus untuk menerbangkan ribuan imigran.
Hal ini membuat ribuan imigran dari Timur Tengah terdampar dalam kondisi musim dingin di hutan perbatasan antara Belarusi dan negara Uni Eropa seperti Polandia dan Lithuania. Kedua negara itu menolak ribuan migran itu untuk menyeberang.
Seperti yang dilaporkan Reuters (13/11/2021), kondisi ribuan migran itu memprihatinkan. Beberapa orang sudah ada yang meninggal dan mulai khawatir akan keselamatannya saat kondisi musim dingin ini.
Uni Eropa menuduh Belarus menciptakan krisis, karena di blok itu mendistribusikan visa negaranya dari Timur Tengah. Menerbangkan para migran dan mendorong mereka untuk menyeberangi perbatasan secara ilegal.
Brussel mungkin akan memberlakukan sanksi baru pada Senin dini hari terhadap Belarus dan maskapai penerbangan yang disalahkan, karena mengangkut para migran.
Pejabat Uni Eropa menyambut baik pengumuman dari Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil Turki bahwa warga Suriah, Yaman, dan Irak tidak akan diberi izin untuk membeli tiket ke Belarus atau naik penerbangan ke sana dari wilayah Turki.
Turki membantah tuduhan berperan dalam mengizinkan wilayahnya digunakan untuk memberangkatkan para migran itu. Tapi dari situs bandara di Minsk (Belarus) mencantumkan enam penerbangan komersial yang tiba dari Istanbul pada Jumat kemarin. Terbanyak dari kota manapun di luar negara negara bekas Uni Soviet.
Pejabat Uni Eropa berulang kali harapan terbaik mereka untuk menyelesaikan krisis, dengan menghentikan calon migran dari Timur Tengah untuk menaiki penerbangan ke Belarus. Diplomat sedang bernegosiasi untuk mencapai hal ini.
"Kontak ini sudah menunjukan hasil," kata Juru Bicara Komisi Eropa.
Juru Bicara itu juga mengatakan Iraq Airways telah setuju menghentikan penerbangan ke Belarus.
Namun kepala Badan Perbatasan Uni Eropa Frontex Fabrice Leggeri,melihat sulit menghentikan krisis migran di perbatasan Polandia ini. "Kami harus siap menghadapi situasi ini untuk waktu lama," katanya
Belarus membantah telah membuat krisis, tapi juga mengatakan tidak dapat membantu menyelesaikan masalah ini, kecuali eropa mencabut sanksi yang ada.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hadapi Risiko Perang! Latihan Rusia-Belarus Kian Masif